Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sepotong Nirwana di Puncak Bromo  

image-gnews
Nusa Swara Qua Etnika di Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa(24/8). TEMPO/Dwianto Wibowo
Nusa Swara Qua Etnika di Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa(24/8). TEMPO/Dwianto Wibowo
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengujung Februari setahun lalu. Musisi Djaduk Ferianto takzim menikmati hari yang tengah beranjak subuh di puncak Gunung Bromo, Jawa Timur. Angin subuh yang dingin menggigit berembus pelan-pelan saja. Fajar belum menyingsing dan hari masih gelap. Saat itulah ada sebuah pemandangan yang membuat Djaduk tercengang: di puncak gunung berapi itu justru telah terang, tapi di kaki gunung masih tampak gelap-gulita.

Djaduk--yang saat itu tengah mempersiapkan perhelatan Jazz Gunung--merasakan seolah berada di alam lain. Ia mengibaratkan seperti sebuah nirwana. Bertolak dari perenungan di puncak Bromo itulah Djaduk menemukan sebuah ide yang kemudian ia tuangkan dalam penggarapan musiknya bersama Kua Etnika--sebuah kelompok musik kontemporer dari Yogyakarta yang dimotori Djaduk.

Rabu malam lalu, hasil perenungannya itu dipentaskan Djaduk bersama Kua Etnika di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dalam sebuah konser bertajuk "Nusa Swara", kependekan dari Nusantara dan swara (suara). Konser itu juga menjadi bagian dari peluncuran album ketujuh Kua Etnika: Nusa Swara.

Konser dibuka dengan tembang Tresnaning Tiyang. Nomor pembuka itu merupakan terjemahan kreatif dari sebuah pemandangan yang diabadikan Djaduk dalam layar ponselnya. Hasilnya adalah sebuah komposisi yang bermain-main dengan melodi. Tembang tersebut juga sarat bunyi-bunyian gamelan.

Berikutnya, mengalun nomor bertajuk Bromo. Lagu ini berdiri sendiri sebagai terjemahan Djaduk terhadap gunung berapi yang membuatnya terpesona itu. Diawali dengan lengkingan seruling, musik kemudian mengalir dalam ketukan nada pentatonis gamelan. Lalu masuk tabuhan gendang Sunda, yang diiringi kibor, bas, gitar, dan drum. "Sebenarnya ada dua gunung yang mengilhami saya selain Bromo, yakni Merapi," ujar Djaduk dari atas pentas.

Setelah itu, Kua Etnika menghadirkan nomor Merapi Horeg. Tembang ini dibuka dengan petikan kecapi. Lalu terdengar suara gemercik air, yang keluar dari alat musik buatan sendiri bernama rain stick. Alat yang terbuat dari bambu yang seluruh tubuhnya dipaku itu berisi biji-bijian jagung dan kedelai kering. Jika naik-turun, bunyi biji-bijian yang tersentuh ujung paku akan memunculkan suara air. Nomor ini memang bukan termasuk delapan deret nomor terbaru dalam album Nusa Swara. Djaduk memutuskan kembali memainkannya dengan alasan "gunung-gunungan"-nya itu.

Trie Utami, sang vokalis utama, tampil cukup menawan ketika membawakan lagu berjudul Matahari. Trie Utami berkelakar bahwa nomor ini merupakan metamorfosisnya sebagai matahari baru bagi Kua Etnika dan Djaduk. Dengan gaun batik bernuansa merah marun dan rambut lurus yang tergerai jatuh di bahunya, Trie menari tak beralas kaki di atas karpet permadani cokelat.

Galibnya sebuah pertunjukan musik, biasanya ada satu tembang yang dijadikan ajang unjuk kebolehan. Malam itu, nomor Matahari menjadi ajang "pamer" mereka dalam memainkan instrumen masing-masing. Dimulai dengan aksi pemain kibor Agus Wahyudi. Disusul kemudian pembetot bas Danny Eriawan Wibowo. Setelah itu Djaduk beraksi dengan memainkan alat musik bernada pentatonis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Vokalis Trie Utami seolah tak mau kalah. Ia tak hanya menari, tapi berolah vokal dengan mengajak gitaris Arie Senjayanto berdialog lewat melodi. Lalu keisengan Trie mengajak penabuh kendang, Sukoco, dengan senandung tingkat tingginya mengundang tawa para penonton. Konsep teatrikal yang menjadi bumbu khas pertunjukan malam itu membuat ajang "pamer" begitu hidup.

Begitulah. Setelah nomor tentang "gunung-gunungan", kemudian hadir nomor Kennanemi, yang mengajak penonton terus menanam. "Tak cuma menanam tumbuhan, tapi menanam apa saja. Termasuk menanam harapan, cita-cita, atau apa pun demi kebaikan negeri ini," Djaduk menjelaskan.

Kennanemi meluncur dengan minim gamelan. Musik yang mengalun lebih didominasi oleh permainan kibor, drum, dan gitar mini bernama strum stick. Alat musik Djaduk itu dibelinya dari Osaka, Jepang. Instrumen itu terdiri atas tiga senar gabungan pentatonik dan diatonik. Sekilas, bunyi petikannya mengingatkan pendengar akan alat musik sasando.

Lakon teatrikal kembali disuguhkan Djaduk dan Kua Etnika dalam nomor Sintren. Suasana magis meruap dengan kehadiran kandang besar (mirip kurungan ayam) yang diselimuti kain putih dan dihiasi kalung melati. "Sekarang kita main sulap-sulapan," kata Djaduk berkelakar. Lantas Trie Utamai digiring masuk ke dalam kandang beraroma magis itu sebagai seorang "sintren". Trie pun bersenandung di dalam kandang itu.

Mendekati pengujung pertunjukan, meluncur tembang berjudul Reog. Dalam nomor ini Djaduk menggandeng dua penari reog. "Ini ada dua anggota DPR, Dewan Penari Reog," ujarnya berkelakar. Kedua "anggota DPR" itu menari begitu energetik bersama Trie Utami. Djaduk juga memasukkan unsur musik Afrika meski tak terlalu kental lewat alat musik shaker port.

Konser malam itu ditutup dengan tembang Ronggeng Latinos. Lewat nomor pamungkas itu, kita disuguhi sebuah komposisi berwarna Latin. Ya, ketukan pentatonis gamelan ternyata bisa menghadirkan warna Latin yang cukup menawan.

AGUSLIA HIDAYAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

2 jam lalu

Saycuan hotpot &bbq/Saycuan
Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina


North West Bakal Tampil di Konser Musikal The Lion King Disney

3 jam lalu

(dari kiri) Kim Kardashian dan anak sulungnya, North West. Foto: Instagram/@kimkardashian
North West Bakal Tampil di Konser Musikal The Lion King Disney

Dalam konser itu North West Heaher bergabung denagnHeadley, pemenang Oscar Lebo M, serta Jennifer Hudson


Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

3 jam lalu

Head Consumer Funding & Wealth Business Bank Danamon, Ivan Jaya, saat ditemui di Menara Danamon, Jakarta Selatan pada Rabu, 8 Mei 2024. Tempo/Annisa Febiola.
Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen


Tak Urus Sertifikasi Halal Sampai Oktober Mendatang, Pelaku Usaha Bisa Dapat Larangan Izin Edar

3 jam lalu

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) dan Badan Penyelenggara Jaminan Halal (BPJH) Kementerian Agama melakukan pemasangan plang sertifikasi halal dan stiker zona khas di ruko pedagang makanan laut di Pasar Kuliner Ujung, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada Rabu, 8 Mei 2024 malam. TEMPO/Desty Luthfiani
Tak Urus Sertifikasi Halal Sampai Oktober Mendatang, Pelaku Usaha Bisa Dapat Larangan Izin Edar

Kementerian Agama tengah menggodok pemberian sanksi untuk pelaku usaha yang belum melakukan sertifikasi halal. LPPOM MUI gencar fasilitas sertifikasi


UKT UIN Jakarta Naik, Ini Hal yang Jadi Pertimbangan Kampus

4 jam lalu

Ilustrasi wisuda. shutterstock.com
UKT UIN Jakarta Naik, Ini Hal yang Jadi Pertimbangan Kampus

Zaenal menyebut bahwa kenaikan UKT itu juga sudah diatur pada Keputusan Menteri Agama RI Nomor 368 tahun 2024 tentang uang kuliah tunggal.


Lupakan Keripik, Ini Alasan Anda Perlu Mengganti Camilan dengan Kismis

4 jam lalu

Ilustrasi Kismis Hitam/ANTARA/Shutterstock/Kriacho Oleksii
Lupakan Keripik, Ini Alasan Anda Perlu Mengganti Camilan dengan Kismis

Karena dibuat dari buah asli, kismis pun baik kesehatan karena mengandung tinggi serat yang baik buat pencernaan dan jantung


Dapat Bantuan Pengobatan dari Tantowi Yahya dan Ikke Nurjanah, Hamdan ATT Menitikkan Air Mata

4 jam lalu

Tantowi Yahya dan Ike Nurjanah saat menjenguk musisi dangdut, Hamdan ATT yang sakit. Foto: Istimewa.
Dapat Bantuan Pengobatan dari Tantowi Yahya dan Ikke Nurjanah, Hamdan ATT Menitikkan Air Mata

Menurut Tantowi Yahya, atas usul Ikke Nurjanah, donasi dari hasil lelang lukisan itu dipakai untuk membantu pengobatan Hamdan ATT yang terkena stroke.


3 Tips Efektif Jaga Keharmonisan Rumah Tangga

4 jam lalu

Ilustrasi suami sibuk main ponsel saat bersama istri. Foto: Freepik/Jcomp
3 Tips Efektif Jaga Keharmonisan Rumah Tangga

Komunikasi antar pasangan kerap menjadi tantangan. Simak 3 tips efektif jaga keharmonisan rumah tangga.


LRT Layani 10 Juta Penumpang Sejak Beroperasi Agustus Tahun Lalu

4 jam lalu

Rangkaian gerbong kereta Light Rail Transit (LRT) bersilang di stasiun LRT Setia Budi, Jakarta Selatan, Selasa, 23 April 2024. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) kembali mengoperasikan 308 perjalanan LRT Jabodetabek pada hari kerja (weekday) dan pada akhir pekan (weekend) dioperasikan 260 perjalanan per April 2024, terkait peningkatan jumlah pengguna LRT mencapai 1.339.810, dengan rata - rata harian pengguna mencapai 58 ribu, meningkat 6 persen.  TEMPO/Imam Sukamto
LRT Layani 10 Juta Penumpang Sejak Beroperasi Agustus Tahun Lalu

Pengguna tertinggi terjadi di bulan April 2024 sejak pertama kali LRT beroperasi, capai 1,4 juta penumpang.


Harga Emas Pegadaian Terbaru 8 Mei 2024

4 jam lalu

Harga Emas Pegadaian Terbaru 8 Mei 2024

Bagi masyarakat yang ingin membeli logam emas yang aman dan nyaman, butik Galeri 24 bisa menjadi solusi karena bagian dari anak perusahaan dari PT Pegadaian.