Kesepakatan itu diumumkan Jumat lalu dan mengakhiri spekulasi bahwa para pendirinya, Bob dan Harvey Weinstein--yang memasang nama orang tua mereka, Miriam and Max, untuk nama perusahaan tersebut--dapat mengambil alih kendali studio yang merea luncurkan lebih dari tiga dekade lalu itu.
Pergantian kepemilikan studio itu juga mengalihkan hak bagi daftar panjang film pemenang Oscar, termasuk "Shakespeare in Love" (1998), "Chicago" (2002) dan "No Country for Old Men" (2007). Dia juga membawa tantangan baru, terutama menurunnya penjualan DVD yang memancing pertanyaan soal nilai film-film Hollywood.
Disney yang sudah hendak menjual Miramax sejak Januari, di tengah bongkar pasang di studio itu, memutuskan bahwa label besar itu tak lagi sejalan dengan merek lain di grup itu, seperti Pixar dan Marvel.
"Walaupun kami sangat bangga terhadap pencapaian Miramax, strategi kami kini untuk Walt Disney Studios adalah berfokus pada pengembangan film besar di bawah merek Disney, Pixar dan Marvel," kata Presiden dan CEO Disney, Robert Iger, dalam pernyataannya.
Perusahaan hiburan itu menandatangani perjanjian pada Kamis lalu dengan Filmyard Holding, grup investor yang dipimpin raja konstruksi dan orang luar Hollywood, Ronald Tutor. Yang juga bergabung adalah Colony Capital LLC, kelompok investasi real estate, dan CEO-nya, Tom Barrack.
Weinstein bersaudara melansir Miramax pada 1979 dan mengarahkannya untuk membuat lebih dari 200 film peraih Oscar. Pada 1994 Tarantino memenangi Oscar untuk skenario asli terbaik untuk "Pulp Fiction", satu dari film berbiaya rendah Miramax pada 1990-an yang menunjukkan bahwa film independen dapat meraih penonton yang lebih luas.
Weinstein menjual Miramax ke Disney pada 1993 seharga US$ 80 juta dan tetap duduk sebagai manajer di sana. Tapi, duo itu meninggalkannya pada 2005 untuk mendirikan The Weinstein Co. setelah bertahun-tahun hubungannya retak dengan para pejabat Disney dan protes publik karena Disney menolak mendistribusikan "Fahrenheit 9/11", film dokumenter Michael Moore pada 2004.
iwank | AP