TEMPO Interaktif, Berlin - -Seniman Indonesia dan Jerman menggelar pameran hasil kolaborasi proyek seni rupa. Hasil karya senirupa berupa lukisan, patung dan karya seni lainnya ini dipamerkan di sejumlah kota di Jerman.Karya seni rupa yang dipamerkan tersebut merupakan hasil karya tujuh pasang seniman kedua negara.
Proyek kerjasama ini bertema U(dys)topia-Kemunculan kembali Mitos, Dongeng dan Legenda Indonesia dan Jerman masa kini. Tema tersebut mengeksplorasi dampak mitos legenda kedua bangsa dalam seni kontemporer. Proses pembuatannya berlangsung hampir satu setengah tahun lamanya.
Proyek tersebut dimotori oleh seorang kurator dan pengajar seni rupa Indonesia Sudjud Dartanto (ISI Yogyakarta) bersama-sama seniman Franziska Fennert (Dresden), Lenny Ratnasari (Yogyakarta), kurator dan penulis seni Jerman, Martin Jankowski. Sedangkan beberapa seniman Jerman yang terlibat antara lain Andrey Klassen, Ulrike Stolte, Yasmin Alt, Paul Pretzer, Fee Vogler, Franziska Fennert dan Constanze Deutsch. Sementara seniman Indonesia terdiri dari Sigit Bapak, Rifqi Sukma, Lashita Situmorang, Deni Rahman, Indra Dodi, Lenny Ratnasari dan Edo Pillu.
Pameran dibuka oleh Minister Counsellor Kedutaan Indonesia untuk Jerman Wahyu Hersetiati Priyanto dan dihadiri setidaknya 100 orang pecinta seni. Wahyu mengatakan kegiatan tersebut tak hanya untuk wahana promosi diplomasi publik tapi juga untuk komunikasi seniman kedua negara.“ Proyek ini sangat penting untuk menumbuhkan saling pengertian bersama diantara kedua bangsa.” ujar Wahyu dalam siaran persnya kepada Tempo, hari ini.
Pengelola progam U(dys)topia Martin Jankowski mengatakan karya seni bersama ini merupakan kegiatan yang patut diapresiasi. Dia juga mengatakan para seniman merasa senang karena pada awalnya pameran tersebut menemui banyak tantangan. “Karena masing-masing ingin menonjolkan unsur budayanya. Namun akhirnya karya bersama muncul dan bisa dinikmati pecinta seni disini,” ujarnya.
Senat Berlin K. Müller menyatakan pagelaran seni ini semakin memperkaya kota Berlin sebagai kota multi etnik. Berlin telah menjadi kota internasional dan sangat terbuka terhadap berbagai budaya bangsa-bangsa dunia. Selain di Berlin, pameran juga akan dilanjutkan ke Kota Koln pada Oktober mendatang. Sebelumnya pameran serupa digelar di Dresden.
DIAN YULIASTUTI