Gagasan bahwa musik membentuk jembatan di antara berbagai budaya nyata terlihat tahun lalu ketika saya mendapat kehormatan memproduksi acara radio yang menampilkan pertunjukan dua kuartet jazz asal Amerika Serikat, Ari Roland Quartet dan Cultures in Harmony.
Selain menampilkan musik jazz Amerika untuk pemirsa sebuah radio Pakistan, Ari Roland Quartet, yang berasal dari New York, mengadakan lima kuliah dan lokakarya bagi para pemuda dan penggemar musik Pakistan, serta mendorong perbincangan mengenai kemiripan antara jazz dan musik Asia Selatan, yakni menggunakan musik untuk menjembatani kesalahmengertian dan stereotipe antara Amerika dan Pakistan.
Kuartet ini tampil dalam perayaan Hari Kemerdekaan Amerika di berbagai kantor perwakilan diplomatik Amerika di Karachi, Lahore dan Islamabad selama dua pekan.
Sayangnya, jangkauan acara yang disiarkan langsung itu terbatas untuk para duta besar dan undangan dengan alasan keamanan. Tapi, sihir Ari Roland Quartet masih bisa menjamah pemirsa yang lebih luas di Karachi melalui stasiun radio CityFM89 ketika mereka tampil mengudara dalam acara jazz radio ini, “Take 5 with Zahir”. Mereka membawakan sebuah lagu pop klasik Pakistan, Dil Dil Pakistan (Heart, Heart Pakistan) karya grup pop legendaris Pakistan, Vital Signs, dan menambahkan selo dan saksofon. Lagu klasik versi mereka ini kemudian jadi sering diperdengarkan di radio-radio kota ini.
Kuartet ini membawa gaya musik khas Amerika ke Pakistan dan mempersilakan orang-orang Pakistan mengolahnya. Seperti Ari Roland sendiri katakan, “Sejarah jazz berkaitan dengan bagaimana menggunakan lagu-lagu yang sudah dikenal orang dan membuat versi jazznya.”
Melodi yang sama, instrumen yang berbeda. Pemikiran yang sama, bahasa yang berbeda.
Beberapa bulan kemudian pada Hari Kemerdekaan Pakistan, 14 Agustus, Citizen’s Foundation, sebuah lembaga amal lokal di Karachi yang bergelut dalam penyediaan pendidikan bagi pemuda Pakistan, memboyong kuartet jazz dari organisasi nonpemerintah Amerika Serikat, Cultures in Harmony, ke Pakistan. Cultures in Harmony dipimpin oleh lulusan Julliard School, William Harvey, yang tampil bersama musisi Ethan Philbrick, Chris Jenkins dan Emily Holden. Kuartet ini tampil di sekolah-sekolah milik Citizen’s Foundation di beberapa kawasan termiskin Pakistan dan berkolaborasi dengan beberapa musisi terkenal dan paling digemari di negeri itu.
Kuartet ini berkeliling Pakistan dan mendapat banyak liputan media dan sambutan luar biasa atas musik mereka. Bahkan, versi kuartet dawai mereka dari lagu kebangsaan Pakistan kini tersedia sebagai nada sambung telepon genggam di Pakistan. Ketika mereka membawakan lagu kebangsaan di radio, saya menitikkan air mata. Yang bergema di telinga saya adalah ungkapan rasa pada bangsa saya dari empat orang Amerika.
Pertunjukan-pertunjukan ini memperlihatkan bahwa penyatuan budaya tidaklah berarti salah satunya dikalahkan oleh yang lain. Praktik para musisi Amerika yang tampil bersama para musisi Pakistan memperlihatkan kenyataan bahwa orang-orang Amerika mau belajar dari orang-orang Pakistan dan budaya mereka.
Orang-orang Pakistan biasanya menganggap bahwa orang-orang Amerika pergi ke luar negeri dalam tahun-tahun belakangan ini hanya untuk mengajari bangsa lain apa yang harus dilakukan. Tapi, pertukaran budaya semacam inilah yang turut menumbuhkan pendapat bahwa sebagian besar rakyat Amerika ternyata menghargai dan mau belajar dari rakyat Pakistan dan lainnya.
Musik memang tak akan menghentikan konflik di perbatasan utara atau di negara tetangga kita, Afganistan. Tapi musik membawakan harapan bahwa ketika orang-orang Pakistan berpikir tentang Amerika, mereka juga akan ingat kuartet Amerika yang memainkan musik Pakistan untuk mereka. Dan, ketika orang-orang Amerika mendengar Pakistan dalam berita, mudah-mudahan mereka akan ingat cerita-cerita Roland dan Harvey tentang masyarakat yang ramah dan pintar dari sebuah negara yang indah.
SUNDUS RASHEED, pengelola dan pembuat konten untuk jejaring radio berbahasa Inggris. CityFM89, di Karachi, Pakistan, dan juga pengamat berbagai isu sosial dan budaya pop. Artikel ini disebarluaskan oleh Kantor Berita Common Ground (CGNews).