TEMPO.CO, Jakarta - Busan International Film Festival atau Festival Film Internasional Busan (BIFF) ke-29 siap digelar mulai 2 hingga 11 Oktober 2024.
Sebagai salah satu festival film terbesar di Asia, BIFF selalu menjadi sorotan dunia perfilman, tidak hanya karena seleksi filmnya yang beragam, tetapi juga karena inovasi-inovasi baru yang dihadirkan setiap tahunnya.
Sejarah BIFF
Dikutip dari situs resminya, Festival Film Internasional Busan (BIFF) pertama kali diselenggarakan pada 13 September 1996. Visinya saat itu adalah untuk menciptakan festival film yang “kecil namun bergengsi.”
Saat itu, sempat timbul kekhawatiran mengenai keputusan untuk menggelar festival film internasional di Busan, bukan Seoul. Namun, BIFF berhasil berkembang dari festival internasional pertama di Korea menjadi salah satu yang terbesar di Asia.
Menurut Busan.go.kr, BIFF ini bahkan telah dipilih oleh Majalah TIME sebagai festival film terbaik di Asia, diakui sebagai salah satu festival film paling bergengsi di dunia.
Pada edisi perdananya, 169 karya dari 31 negara ditampilkan di enam bioskop. Sejak saat itu, BIFF terus tumbuh. Bahkan pada 2019, festival ini mengundang 299 film dari 85 negara dan mengadakan pemutaran di 37 bioskop.
Kini Busan dikenal sebagai pusat budaya visual di Asia berkat komitmen festival ini untuk mempromosikan sinema dan mendukung talenta baru, khususnya dari Asia. Busan Cinema Center, yang dibuka pada 2011, kini menjadi markas besar festival dan salah satu landmark ikonik kota Busan.
Inovasi pada BIFF 2024
Dilansir dari Hollywood Reporter, festival tahun ini menghadirkan beberapa inovasi menarik. Salah satunya adalah kembalinya beberapa tradisi lama festival, seperti shuttle bus dan lounge festival yang memungkinkan tamu dan pengunjung berinteraksi lebih dekat.
Tahun ini, festival akan menampilkan 279 film dari 63 negara, termasuk 13 pemutaran perdana internasional dan 86 pemutaran perdana dunia.
Dengan jadwal yang berlangsung selama 10 hari, edisi ke-29 dari festival ini akan dibuka dengan pemutaran film Uprising yang disutradarai oleh Kim Sang Man dengan naskah oleh Park Chan Wook, sineas terkenal di balik film Oldboy. Sementara itu, acara akan ditutup dengan film Spirit World karya Eric Khoo dari Singapura, yang dibintangi legenda Prancis, Catherine Deneuve.
Selain itu, BIFF 2024 juga menyuguhkan berbagai sesi diskusi di Asia Contents and Film Market (ACFM), dengan fokus pada topik integrasi teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam produksi konten, termasuk keynote dari Stability AI yang akan membahas pengaruh besar AI generatif di dunia sinema.
Karya Sorotan BIFF 2024
Salah satu sorotan utama BIFF 2024 adalah penghargaan Asian Filmmaker of the Year yang diberikan kepada Kurosawa Kiyoshi, sutradara Jepang yang terkenal dengan karya horor psikologisnya, seperti Cure (1997). Dua film terbarunya, yakni Serpent’s Path dan Cloud yang baru saja tayang di Festival Film Venesia, akan ditampilkan di BIFF.
Tak hanya itu, BIFF juga memberikan panggung bagi film-film dari sutradara Asia terkemuka lainnya, termasuk Caught by the Tides karya Jia Zhanke, dan The Seed of Sacred Fig karya Mohammad Rasoulof, yang menggambarkan kondisi politik di Iran dan penindasan terhadap perempuan.
Selain itu, festival ini juga memutar sejumlah karya dari sineas Eropa seperti The Empire karya Bruno Dumont, pemenang Silver Bear di Berlin International Film Festival. Ada pula Anora karya Sean Baker, pemenang Palme d’Or di Cannes.
Tahun ini, BIFF juga memberikan penghormatan khusus kepada Lee Sun Kyun, aktor yang dikenal lewat film Parasite dan serial My Mister. Dengan berbagai program dan seleksi film yang beragam, BIFF 2024 terbukti sebagai festival film terbesar dan paling dinantikan di Asia.
BIFF.KR | BUSAN | HOLLYWOOD REPORTER
Pilihan editor: Film Dokumenter RM BTS Bakal Diputar di Busan International Film Festival 2024