TEMPO.CO, Jakarta - Pemilik nama asli Koetono ini lahir pada 19 Januari 1936 di Tuban, Jawa Timur. Tonny Koeswoyo merupakan anak keempat dari pasangan Raden Koeswoyo dan Raden Rara Atmini dengan sembilan bersaudara. Saat masa kecil, ia yang menghabiskan waktu di Tuban suka memainkan alat musik. Sebab, sang ayah pun terampil memainkan gitar dan alat musik Hawaiian. Awalnya, ia melatih kemampuan bermusik dengan menabuh ember yang diisi air.
Beranjak remaja, sang kakak, Jon Koeswoyo membelikan seperangkat alat musik untuk para adiknya, yaitu Nomo, Yok, dan Yon Koeswoyo. Jon sengaja membelikan alat musik agar adik-adiknya tidak mengikuti tren geng motor yang sedang berjaya kala itu. Adapun, seperangkat alat musik tersebut, antara lain bass betot, dua buah gitar pengiring, dan 1 set drum.
Naluri bermusik yang membara dalam diri sejak masih sekolah membuat Tonny membentuk band di sekolahnya dengan nama Gita Remaja. Terlalu fokus dalam band tersebut, ia beberapa kali sempat tidak naik kelas.
Lalu, ketika bersama Koes Bersaudara, perjalanan karier Tonny yang tidak berjalan lancar. Ia beberapa kali membentuk band, tetapi berujung bubar. Namun, dengan ambisi yang kuat untuk berkiprah dalam dunia musik, ia dapat melalui rintangan dengan lika liku yang panjang. Ketidaklancaran dalam membentuk band tersebut dimulai dari album yang tidak laku, tidak direstui sang ayah, sampai ditentang adiknya lantaran memasukkan orang lain ke dalam band.
Grup Koes Bersaudara juga pernah masuk bui karena menyanyikan lagu berjudul Ngak Ngik Ngok. Lagu tersebut dinilai kebarat-baratan yang tidak berbudaya Indonesia dan berbau neokolonial dan imperialisme. Saat itu, Tonny dimasukkan satu sel bersama Nomo, Yon, dan Yok di Penjara Glodok pada 29 Juni 1965.
Pemimpin Koes Bersaudara dan Koes Plus ini menghabiskan masa hidupnya dengan bermain musik. Bahkan, ketika menjalani perawatan kanker usus di RS Setia Mitra, jiwa sebagai musisi tidak pernah tertinggal dalam diri Tonny. Dibantu pemusik Onny Suryono sekaligus kawan akrabnya, ia memegang gitar ketika telah menemukan ide lagu. Akibatnya, terdapat beberapa lagu sebagai warisan terakhir Tonny, antara lain Cakrawala Hati, Dewi Sri, dan Nenek Sayang.
Tonny menghembuskan napas terakhir pada 27 Maret 1987 di Jakarta. Ia meninggal dunia karena mengalami kanker usus ketika berusia 51 tahun. Ia pergi selamanya dengan tenang di hadapan keluarga dan dituntun oleh Jon Koeswoyo ketika menghadap Tuhan.
Lalu, pada 5 Januari 2018, sang adik, Yon Koeswoyo meninggal dunia di kediamannya, Jalan Salak Raya, Pamulang, Tangerang Selatan ketika berusia 78 tahun. Jenazah sang adik ini dikebumikan dekat kuburan Tonny di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Namun, sebelum kepergian Yon, terdapat pertemuan keluarga besar Koeswoyo dalam konser musik bertajuk “Haul 30th Tonny Koeswoyo”.
Konser tersebut dimeriahkan oleh anak-anak Koes Plus dan Koes Bersaudara dalam 2Generasi Koes Bersaudara Koes Plus. Konser tersebut memperingati kepergian Tonny Koeswoyo sejak 30 tahun lalu. Saat ini, lagu ciptaan Tonny yang populer bersama Koes Plus telah di-remake penyanyi di era kemudian seperti Chrisye, Kahitna, dan Marshanda. Salah satu ciptaan Tonny yang kembali naik daun usai dilakukan cover oleh Ruth Sahanaya dan Noah adalah Andaikan Kau Datang Kembali.
RACHEL FARAHDIBA R | KELIK | FANI RAMADHANI
Pilihan Editor: Mengenang Tonny Koeswoyo Salah Satu Maestro Musik Pop Indonesia