TEMPO.CO, Yogyakarta - Film biografi eksentrik bernuansa satir yang menyinggung konflik India dan Pakistan berjudul Autobio-Pamphlet garapan sutradara Ashish Bende membuka Jogja-Netpac Asian Film Festival atau JAFF di Yogyakarta, Sabtu malam, 25 November 2023. Ashish Bende datang langsung dan menonton film berdurasi 90 menit tersebut bersama pengunjung di Empire XXI yang menjadi langganan tempat festival film tersebut.
Film ini dimulai dengan kisah anak sekolah era 1990-an, Ashish, yang jatuh cinta dengan Srushti yang berumur 10 tahun. "Selamat menikmati film ini," kata Ashish.
Dalam film itu, Ashish junior jatuh cinta pertama kali ketika Srushti memegang tangannya saat keduanya tampil dalam pertunjukan seni. Peristiwa itu mempengaruhi kehidupan Ashish hingga ia beranjak remaja.
Ashish gemar berangkat sekolah demi bertemu pujaan hatinya. Teman-temannya mencari cara untuk menghubungkan keduanya.
Film Autobio-Pamphlet dari India membuka Jogja-Netpac Asian Film Festival atau JAFF di Yogyakarta, Sabtu malam, 25 November 2023 (info@jaff-filmfest.org)
Konflik India - Pakistan
Sutradara Ashish berhasil membawa isu politis dalam kaca mata anak-anak. Pemisahan India dan Pakistan pasca-Perang Dunia II mewarnai sejarah politik India.
Konflik India dan Pakistan yang erat kaitannya dengan agama dia suguhkan dengan cara yang satir melalui dialog anak-anak. Misalnya pertengkaran anak beragama Hindu dan Muslim. Seorang anak yang beragama Islam dimusuhi dan dibenci karena serangan bom. Padahal, dia tidak tahu apa-apa.
Ada juga gambaran tentang India yang memiliki beragam agama, tidak hanya Hindu dan Islam. Anak-anak berdoa dalam agama yang beragam. Ashis juga menekankankan dampak buruk perang dan pentingnya persatuan.
Christine Hakim menerima JAFF Honorary Award 2023 di Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Sabtu malam, 25 November 2023. (TEMPO/Shinta Maharani)
JAFF kali ini mengambil tema Luminescene yang berarti pijaran. Pendiri JAFF, Garin Nugroho, mengatakan JAFF layaknya lilin pada sebuah kamar gelap dengan manusia sakit berbaring. Tema itu berpijak dari awal mula JAFF berdiri saat Yogyakarta dilanda gempa bumi dan erupsi Gunung Merapi. "Lilin yang mengandung makna pijaran dan membawa cahaya alias glow," kata Garin.
Direktur JAFF, Ifa Isfansyah, menyebutkan JAFF kali ini memutar 205 judul film dari 22 negara Asia Pasifik selama delapan hari yakni 25 November hingga 2 Desember 2023. Film berjudul 13 Bom di Jakarta besutan sutradara Angga Dwimas Sasongko akan menutup JAFF.
Pembukaan festival malam itu riuh dengan kedatangan pengunjung yang sebagian besar kalangan muda. Penyanyi, penulis lagu, dan aktor asal Malang, Jawa Timur, Sal Priadi tampil menghibur pengunjung yang memenuhi panggung Jogja-Netpac Asian Film Festival di beranda XXI. Sal dikenal dalam film berjudul Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.
SHINTA MAHARANI
Pilihan Editor: Madani International Film Festival 2023 Hadir untuk Rayakan Keberagaman Muslim di Dunia
