TEMPO.CO, Jakarta - Tepat hari ini 31 Oktober pada 1926, pesulap Harry Houdini meninggal dunia akibat gangren dan peritonitis setelah usus buntunya mengalami gangguan. Gangguan usus yang terletak di perut itu terjadi ketika sang pesulap melakukan aksi sulap di Universitas McGill Kanada pada 22 Oktober 1926.
Dilansir dari pbs.org dan history, saat itu, seorang mahasiswa Universitas McGill bernama J. Gordon Whitehead memukul perut Houdini dengan keras sebanyak dua kali. Aksi tersebut memang kerap dilakukan Houdini untuk memamerkan badannya saat melakukan atraksi sulap. Tetapi saat itu, Houdini tidak begitu siap menerima pukulan Gordon.
Setelah dipukul, Houdini awalnya tidak merasakan sakit, tetapi pada hari berikutnya ia mulai merasakan sakit perut yang hebat. Sakit itu ia alami ketika Houdini hendak melakukan tur di tempat berikutnya di Detroit.
Saat Houdini tiba di Teater Garrick di Detroit, suhu tubuhnya sudah mencapai 40 derajat celcius. Seorang dokter dipanggil ke ruang ganti dan mendiagnosis Houdini menderita radang usus buntu akut. Dokter memerintahkan ambulans untuk membawa Houdini segera ke rumah sakit tetapi dirinya bersikukuh melanjutkan acara sulap itu. “Saya akan melakukan pertunjukan ini jika ini yang terakhir,” kata Houdini.
Atraksi sulap berjalan biasa saja dan terbilang bukan atraksi yang terbaik untuknya. Ia kemudian menetap di suatu hotel dan disarankan untuk melakukan perawatan ke rumah sakit, tetapi dirinya tetap tidak ingin melakukan perawatan.
Lalu, pada dua hari berselang dirinya kemudian menjalani operasi darurat untuk mengangkat usus buntunya yang telah pecah dan menyebabkan peritonitis parah atau infeksi rongga perut. Seminggu berselang, tepatnya pada 31 Oktober 1926, Houdini mengembuskan napas terakhirnya.
Mengenal Harry Houdini
Harry Houdini memiliki nama asli Erik Weisz yang lahir pada 24 Maret 1874 di Budapest. Dia merupakan putra seorang rabi yang bermigrasi dari Hongaria ke Amerika Serikat dan menetap di Appleton, Wisconsin.
Dilansir dari Britanica, Houdini telah menjadi pemain trapeze atau palang gantung di sirkus pada usia dini. Setelah menetap di New York City pada 1882, ia tampil di pertunjukan Vaudeville. Pada 1894 ia menikah dengan Wilhelmina Rahner, yang kemudian menjadi asisten panggungnya.
Sejak sekitar 1900 Houdini mulai mendapatkan reputasi internasional setelah berhasil mempertunjukkan sulap dengan melepaskan diri dari belenggu, tali, dan borgol serta dari berbagai wadah terkunci mulai dari kaleng susu, peti mati, hingga sel penjara.
Biasanya dia dibelenggu dengan rantai dan dimasukkan ke dalam kotak yang dikunci, diikat dengan tali, dan diberi beban. Kotak itu tenggelam dari perahu, dia kemudian berhasil membebaskan dirinya di bawah air dan kembali ke daratan.
Dalam aksi sulap lainnya, ia kerap membiarkan dirinya digantung dengan kepala tertunduk, sekitar 23 meter di atas tanah dan kemudian melepaskan dirinya dari jaket pengekang. Aksi sulap Houdini kerap disaksikan oleh ribuan orang. Kemampuan melarikan diri Houdini sebagian bergantung pada kekuatan fisik dan kelincahannya, dan pada keahliannya dalam memanipulasi kunci. Ia memamerkan keahliannya dalam banyak film dari 1916 hingga 1923.
Di tahun-tahun terakhirnya, Houdini kerap menampilkan sulap yang berkaitan dengan ilusi atau melawan sulap-sulap pembaca pikiran, sampai berkaitan dengan kekuatan supernatural. Ia berdalih, mereka adalah penipu yang menghasilkan semua efeknya melalui cara-cara alami dan berbagai trik. Dia menulis Miracle Mongers and Their Methods (1920) dan A Magician Among the Spirits (1924).
Houdini mengambil nama panggungnya dari nama pesulap Prancis Jean-Eugène Robert-Houdin, tapi dia kemudian menulis The Unmasking of Robert-Houdin (1908), sebuah studi yang membantah kemampuan Houdin.
Pilihan Editor: Kenali 7 Aliran Aksi Sulap yang Tren di Indonesia, Pak Tarno Golongan Apa?