Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Geoffrey Hinton, 'Godfather' Artificial Intelligence yang Mundur dari Google

Reporter

image-gnews
Geoffrey Hinton. Sky New
Geoffrey Hinton. Sky New
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Geoffrey Hinton merupakan salah satu pelopor artificial intelligence atau kecerdasan buatan yang biasa disebut sebagai AI. Baru-baru ini, kabar hengkangnya Geoffrey Hinton dari Google menuai banyak perbincangan publik. Dunia yang semakin canggih memang memudahkan banyak orang namun ternyata memiliki dampak positif dan negatif hingga bisa membahayakan manusia.

Sosok godfather AI ini mengklaim bahwa kecanggihan teknologi berisiko menggantikan manusia dari segala aspek kehidupan. Begitupun dengan ChatGPT dan chatbot lainnya yang beresiko menimbulkan masalah etika, kenyamanan, sehingga terjadinya perilaku cyber crime. Ketahui sosok Geoffrey Hinton, yakni Godfather Artificial Intelligence yang memutuskan mundur dari Google di bawah ini.

1. Profil Geoffrey Hinton

Melansir dari New York Times, Hinton adalah ekspatriat keturunan Kanada yang lahir di Inggris pada 6 Desember 1947, ia bekerja sebagai ilmuwan komputer dan akademisi di bidang teknologi informasi. Pria berusia 75 tahun itu yakin akan pengembangan dan penggunaan Al. Sosok godfather yang membuat model Deep Learning Network ini memiliki penasehat akademik bernama H. Christopher Longuet-Higgins dan muridnya yang populer bernama Yann LeCun, Ilya Sutskever, dan Jimmy Ba. 

Berbagai penghargaan telah berhasil diraih Geoffrey Hinton mulai dari Rumelhart Prize 2001, IJCAI Award for Research Excellence 2005, IEEE Frank Rosenblatt Award 2014, BBVA Foundation Frontiers of Knowledge Award in Information and Communication Technologies 2016, Penghargaan Turing 2019, dan peraih Princess of Asturias Award for Technical & Scientific Research 2022.

2. Perjalanan Karier Godfather Artificial Intelligence

Perjalanan karier Geoffrey Hinton berawal dari kisah seorang mahasiswa pasca sarjana di Universitas Edinburgh pada 1972 yang memiliki ide neutral network. Ini adalah bidang matematika yang mempelajari keterampilan melalui analisis data. Pada masa itu, sedikit sekali peneliti yang mempercayai gagasan itu. Namun akhirnya, ide itu menjadi profesinya selama bertahun-tahun. Pada 1980, dia menjadi seorang profesor ilmu komputer di Universitas Carnegie Mellon, Pennsylvania, Amerika Serikat.

Memasuki tahun 2012, dia dan dua orang mahasiswanya dari University of Toronto, Kanada, bernama Ilya Sutskever dan Alex Krizhevsky membangun neutral network. Melalui sistem tersebut, ChatGPT dan Google Bard tercipta. Hal inilah membuat Dr. Hinton dan dua mahasiswanya menerima Turing Award dalam bidang komputasi.

Setelah berhasil mewujudkan impian Geoffrey Hinton, perusahaan yang didirikan Dr. Hinton beserta dua mahasiswanya diakuisisi oleh Google seharga US$44 juta atau setara dengan Rp645 miliar. 

3. Alasan Geoffrey Hinton Mundur dari Google

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Teknologi yang semakin berkembang membuat Geoffrey Hinton memutuskan keluar dari Google. Ia menjelaskan mengapa ia keluar dari Google tanpa ada paksaan dari salah satu pihak, karena alasan kepergiannya dimaksudkan untuk mengkritik perusahaan tersebut. 

Geoffrey Hinton menyatakan bahwa kecerdasan buatan masih belum sempurna dan seringkali memberikan informasi yang tidak sesuai. Selain itu, alasan geoffrey keluar adalah khawatir akan perkembangan Artificial Intelligence yang beresiko membahayakan manusia.

4. Dampak AI Bagi Dunia

Geoffrey berpendapat bahwa artificial intelligence akan sangat berdampak buruk bagi manusia yang membuat internet dibanjiri oleh teks, gambar, dan video palsu. Sehingga, membuat orang awam sulit membedakan antara fakta dan kebohongan. Selain itu, ilmuwan asal Inggris ini, merasa khawatir bahwa AI berpotensi menggantikan tenaga kerja manusia hingga melakukan pencurian data dengan mudahnya.

Nah, itu dia sosok Geoffrey Hinton si Godfather Artificial Intelligence dan fakta terkaitnya yang baru hengkang dari Google.

Nur Qomariyah | NEW YORK TIMES | BBC

Pilihan Editor: Godfather AI Mundur dari Google Demi Ungkap Rasa Menyesal dan Khawatir

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

1 hari lalu

Ilustrasi belanja online / e-commerce. freepik.com
5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

Pakar Komunikasi Digital bagikan tips agar masyarakat tidak tertipu oleh konten rekayasa teknologi artificial intelligence (AI) saat belanja online


OpenAI Memperluas Ekspansi dengan Membuka Kantor di Tokyo

1 hari lalu

Ilustrasi OpenAI. REUTERS/Dado Ruvic
OpenAI Memperluas Ekspansi dengan Membuka Kantor di Tokyo

OpenAI berekspansi ke Asia dengan membuka kantor baru di Tokyo, Jepang. Perusahaan ini merilis model GPT-4 yang dioptimalkan untuk Jepang.


Apple Kebut Pengembangan AI Model Bahasa Besar untuk Iphone

2 hari lalu

Gambaran artistik iPhone 16 dan tombol Capture. Gsmarena.com
Apple Kebut Pengembangan AI Model Bahasa Besar untuk Iphone

Apple dikabarkan sedang mengembangkan sistem AI dengan model bahasa besar (LLM) untuk mengaktifkan fitur Device Generative AI di perangkatnya.


Qualcomm Meluncurkan Snapdragon X Plus

2 hari lalu

Ilustrasi Qualcomm Snapdragon X Elite. (Qualcomm)
Qualcomm Meluncurkan Snapdragon X Plus

Qualcomm merilis chip terbaru mereka bernama Snapdragon X Plus untuk performa di laptop dengan dukungan kecanggihan AI


Bahas Pengembangan AI, Microsoft Diagendakan Bertemu Empat Perusahaan Raksasa Teknologi

2 hari lalu

Ilustrasi Logo Microsoft. REUTERS/Dado Ruvic
Bahas Pengembangan AI, Microsoft Diagendakan Bertemu Empat Perusahaan Raksasa Teknologi

Microsoft menyusun agenda pertemuan untuk membicarakan artificial intelligence atau AI bersama para eksekutif raksasa teknologi di Korea Selatan.


Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

3 hari lalu

Ilustrasi Logo Meta. REUTERS/Dado Ruvic
Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

Chatbot Meta AI dapat melakukan sejumlah tugas seperti percakapan teks, memberi informasi terbaru dari internet, menghubungkan sumber, hingga menghasilkan gambar dari perintah teks.


Microsoft Rilis Phi-3 Mini, Model AI Kecil dengan Kemampuan Besar

4 hari lalu

Logo Microsoft terlihat di Los Angeles, California A.S. pada Selasa, 7 November 2017. (ANTARA/REUTERS/Lucy Nicholson/am.)
Microsoft Rilis Phi-3 Mini, Model AI Kecil dengan Kemampuan Besar

Microsoft luncurkan model bahasa AI kecil, Phi-3 Kemampuannya setara dengan teknologi pintar yang dilatih penuh.


Deepfake Ancam Bisnis di Indonesia, Tren Penggunaannya Meningkat Berkat AI

4 hari lalu

Founder and Group CEO VIDA, Niki Luhur, saat diwawancarai perihal bahaya teknologi deepfake terhadap keamanan bisnis di Indonesia, Rabu, 24 April 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Deepfake Ancam Bisnis di Indonesia, Tren Penggunaannya Meningkat Berkat AI

Teknologi deepfake meningkat pesat. Salah satunya dipicu oleh hadirnya kecerdasan buatan alias AI.


DANA Gandeng Microsoft untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja Berbasis AI dengan GitHub Copilot

4 hari lalu

Developer DANA mempercepat proses coding dengan Github Copilot dan Copilot Chat (DANA-Microsoft)
DANA Gandeng Microsoft untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja Berbasis AI dengan GitHub Copilot

Sejak Februari 2024, hampir 300 developer DANA telah menggunakan GitHub Copilot dalam pekerjaan sehari-hari


Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

5 hari lalu

Ilustrasi Kecerdasan Buatan (Yandex)
Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

Pakar Unair mewanti-wanti regulator soal bahaya AI terhadap dunia kerja. AI bisa menyulitkan angkatan kerja baru, terutama yang memiliki skill rendah.