TEMPO.CO, Solo - Grup band legendaris God Bless menambah porsi latihan demi persiapan tampil di konser Deep Purple World Tour 2023 yang bakal dihelat di Kota Solo, 10 Maret mendatang.
Band beraliran musik rock yang digawangi Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), Donny Fatah (bass), Abadi Soesman (keyboard), dan Fajar Satritama (drum) ini bakal menjadi band pembuka dalam gelaran konser Deep Purple tersebut.
Gitaris God Bless Ian Antono mengemukakan dalam waktu dekat segera memperketat jadwal latihan God Bless menjadi tiga kali dalam seminggu sebagai persiapan agar dapat tampil maksimal dalam konser Deep Purple itu
"Ya tentunya kami akan memperketat jadwal latihan menjadi seminggu tiga kali untuk persiapan perform dalam konser Deep Purple tersebut," ujar Ian saat mengikuti konferensi pers Konser Deep Purple World Tour 2023 secara daring di Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat, 13 Januari 2023.
Dipertemukan kembali dengan Deep Purple setelah hampir setengah abad lamanya, Ian mengaku merasa sangat senang. Terlebih karena pada tahun ini grup band God Bless telah genap 50 tahun berkiprah di belantika musik Indonesia. "Beruntung sekali. Ini jadi kado buat God Bless di usia 50 tahun," kata Ian.
Senada disampaikan Bassis God Bless, Donny Fatah. Menurut Donny, bisa kembali satu panggung dengan Deep Purple merupakan sebuah kejutan yang tak perna disangka-sangka sebelumnya oleh God Bless.
"Ini benar-benar jadi kejutan besar bagi kami setelah hampir setengah abad lamanya God Bless bisa berjumpa lagi dengan Deep Purple. Dulu kita ketemu awal Desember 1975 dan sekarang ketemu lagi atas prakarsa teman-teman dari Rajawali Indonesia dan Pak Wali (Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka). Tentunya kami sangat senang," tutur Donny.
Donny pun mengisahkan sedikit pengalaman God Bless saat menjadi band pembuka pada konser Deep Purple di Jakarta pada 5 Desember 1975 silam.
Menurut Donny, konser yang dihelat di Stadion Utama Senayan itu mengubah banyak hal dalam konteks seni pertunjukan musik di Indonesia.
"Saat itu di pemahaman teknis produksi konser di Indonesia masih tergolong sangat sederhana. Band-band Indonesia kala itu tidak paham fungsi alat-alat pertunjukan yang ada di panggung. Mulai dari monitor, sound, sampai mixer. Ketika melihat tata lampu yang hebat dan asap dry ice semua orang terbengong-bengong. Memang belum ada zaman itu,” ujar Donny.
Dari sanalah, lanjutnya, band-band rock Indonesia perlahan-lahan belajar tentang showmanship, manajerial, hingga konsep sebuah pertunjukan.
"Band-band rock Indonesia pun belajar bahwa sebuah konser rock haruslah meninggalkan kesan wow," ucapnya.
Maka di titik ini, apa yang dibawa oleh Deep Purple pada 1975 memang bukan hanya sebuah konser. Itu adalah peragaan dan demonstrasi yang mengajarkan orang-orang Indonesia pada zaman itu: begini seharusnya konser rock dibuat dan dimainkan!
“Kedatangan Deep Purple memang seperti sebuah revolusi yang membuka mata band-band Indonesia,” tutur Donny.
Baca: God Bless Berhasil Menghentak Secara Virtual!
SEPTHIA RYANTHIE