Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Monolog Ismail Marzuki, Lukman Sardi: Menghargai Sosok Pahlawan Tanpa Memegang Senjata

image-gnews
Lukman Sardi melakukan monolog tentang salah satu pahlawan Indonesia, Ismail Marzuki. Foto: Yose Riandi| Titimangsa.
Lukman Sardi melakukan monolog tentang salah satu pahlawan Indonesia, Ismail Marzuki. Foto: Yose Riandi| Titimangsa.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pertunjukan Monolog Ismail Marzuki: Senandung di Ujung Revolusi digelar di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki pada Rabu, 29 Juni 2022. Momen ini merupakan monolog panjang pertama yang dimainkan oleh aktor kawakan Lukman Sardi. Pementasan ini didukung juga oleh penampilan anak Lukman Sardi yaitu Akiva Sardi yang berperan sebagai Ismail Marzuki kecil.

"Ini adalah kesempatan pertama Akiva untuk bermain dan berlatih biola, mungkin kalau kakeknya ada, beliau pasti tepuk tangan. Ini challenge juga karena sudah lama tidak bermain biola dan dilatih oleh Mbak Mitra jadi balik untuk main biola. Luar biasa. Terimakasih untuk semuanya," kata Lukman Sardi setelah pementasan.

Putra pemain biola legendaris, Idris Sardi itu menuturkan, sosok Ismail Marzuki adalah pahlawan yang banyak menciptakan lagu-lagu tentang semangat perjuangan. Lukman bercerita, ayahnya dan sang kakek yang juga pemusik, sangat dekat dengan Ismail Marzuki. "Suka dengerin dari Papa itu, 'Om Maing Om Maing' (panggilan Ismail Marzuki). Secara musik, meskipun tidak bertemu, saya merasa dekat dengan sosok beliau," kata Lukman.

Agus Noor selaku penulis naskah dan sutradara pada pementasan ini bercerita, banyak yang bisa diceritakan ketika menulis tentang Ismail Marzuki. Apalagi sosok Ismail Marzuki memiliki 200 lagu yang bisa jadi cerita.

"Tapi kalau untuk cerita ada dua premis dasar yang membuat fokus ke sana. Yang pertama pahlawan. Pahlawan kalau kita cek, pasti memegang senjata. Ismail Marzuki memperjuangkan dengan cara berbeda tidak dengan menenteng senjata, menembak peluru, tapi dengan lagu," kata Agus Noor.

Aktor Lukman Sardi dalam monolog Ismail Marzuki. Foto: Paramita | Titimangsa.

 "Yang kedua sebagai seniman. Ismail Marzuki merupakan potret besar seorang seniman di negeri ini yang punya banyak lagu tapi hak ciptanya tidak jelas, royaltinya bagaimana itu memprihatinkan. Orang bagaimana kenal lagunya tapi tidak kenal penciptanya. Ada Taman Ismail Marzuki tapi jejak reprotoarnya pun tidak ada di sini," katanya menambahkan. 

Titimangsa dan KawanKawan Media bekerjasama dengan Direktorat Perfilman,
Musik dan Media Kemendikbudristek menggelar pertunjukan Di Tepi Sejarah untuk musim kedua. Di Tepi Sejarah akan ditayangkan secara daring pada Agustus 2022 di saluran Kemendikbudristek RI, yaitu kanal Youtube Budaya Saya dan di saluran televisi Indonesiana TV.

Di Tepi Sejarah merupakan sebuah seri monolog yang menceritakan tentang tokoh-tokoh di tepian sejarah. Mereka mungkin kurang disadari kehadirannya dan tersisih dalam catatan besar sejarah bangsa namun menjadi bagian dalam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Indonesia. 

Tahun ini, Di Tepi Sejarah mengangkat kisah perjalanan lima tokoh terpilih, yaitu: Sjafruddin Prawiranegara, Kassian Chepas, Gombloh, Ismail Marzuki dan Emiria Soenassa. Pemilihan tokoh-tokoh sejarah pada musim kedua ini diharapkan dapat memberikan perspektif lain dalam memaknai nasionalisme, khususnya bagi generasi muda.

Monolog Ismail Marzuki: Senandung di Ujung Revolusi merupakan pertunjukan keempat serial monolog Di Tepi Sejarah musim kedua. Pentas ini diselenggarakan di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, 29-30 Juni 2022. 

Monolog Ismail Marzuki yang dimainkan Lukman Sardi. Foto: Paramita | Titimangsa.

Monolog ini mengisahkan momen-momen perjalanan hidup dan kreativitas Ismail Marzuki. Ia tak pernah memanggul bedil, apalagi terlibat perang fisik melawan penjajah. Sejak berusia sangat muda, sosok musisi ini lebih memilih memeluk musik sebagai jalannya untuk turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 

Sosok Ismail Marzuki diceritakan sebagai seorang yang kehilangan ibu dan dua abangnya sejak kecil, lalu selintas tentang pernikahannya dengan Eulis, serta kematiannya dalam usia relatif muda. Oleh sebab itu monolog Ismail Marzuki: Senandung di Ujung Revolusi ini, mendekati sosok Ismail lewat narasi-narasi yang ditemukan dalam lagu-lagunya.

Masa kreatifnya sebagai musisi terjadi di saat penjajahan Jepang, sampai agresi militer oleh Belanda akhir tahun 1940-an. Lagu ciptaannya yang populer seperti Rayuan Pulau Kelapa, Sapu Tangan dari Bandung Selatan, Indonesia Pusaka, dan Sepasang Mata Bola, telah menjadi inspirasi para pejuang di garis depan. Bersama kelompoknya, Ismail kerap menghibur para pejuang di tempat-tempat persembunyian mereka.

Sampai ia meninggal di usia 44 tahun, pada 25 Mei 1958, Ismail tercatat telah menciptakan lebih dari 200 lagu. Hari-harinya, sebagaimana dicatat dalam buku-buku, lebih banyak 
dihabiskan untuk bermusik. Bersama serombongan pemusik, termasuk penyanyi Eulis Andjung Zuraidah yang kemudian menjadi istrinya, Ismail pernah melawat ke Singapura dan Malaya. Di sana, ia disambut bak bintang, karena lagu-lagunya terutama yang dinyanyikan dalam film Terang Boelan (1938), sangat  dikenal di negeri jiran itu. 

 “Ismail Marzuki ibarat terus-menerus bersenandung untuk mengantarkan Indonesia menuju rel yang benar dalam mengisi memerdekaan. Lagu-lagunya hadir di ujung revolusi, justru untuk menandai Indonesia sedang memasuki era baru sebagai bangsa yang berdaulat. Karena jasanya itu, pemerintah Indonesia memberinya gelar pahlawan nasional tahun 2004 oleh Presiden SBY yang suka musik," ungkap Agus Noor.

Baca juga: 10 Karya Besar Ismail Marzuki

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

9 menit lalu

Glenn Fredly The Movie. Dok. Poplicist Publicist
Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

Film drama biopik Glenn Fredly The Movie mulai tayang di seluruh bioskop Indonesia pada Kamis, 25 April 2024


Garap Film Glenn Fredly The Movie, Lukman Sardi: Ini Project Tuhan

1 hari lalu

Sutradara Lukman Sardi memberikan keterangan saat konferensi pers film Glenn Freddy the Movie di Epicentrum, Kuningan, Jakarta, Rabu, 24 April 2024. Film yang disutradai oleh Lukman Sardi dan dibintangi oleh sejumlah aktor seperti Marthino Lio, Zulfa Maharani, Ruth Sahanaya, hingga Alyssa Abidin menceritakan kisah Glenn di masa hidupnya. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Garap Film Glenn Fredly The Movie, Lukman Sardi: Ini Project Tuhan

Lukman Sardi menceritakan perjalanannya menjadi sutradar Glenn Fredly The Movie


Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

14 hari lalu

Komponis Ismail Marzuki. Wikipedia
Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

Ismail Marzuki menciptakan lagu tentang Hari Lebaran yang melegenda. Begini lirik dan profil pencipta lagu tentang Lebaran ini?


Deretan Lagu Lebaran dari Ismail Marzuki sampai Bimbo dan Rhoma Irama

14 hari lalu

Ismail Marzuki (Wikipedia)
Deretan Lagu Lebaran dari Ismail Marzuki sampai Bimbo dan Rhoma Irama

Lagu-lagu lebaran identik dengan hari kemenangan, berikut deretan lagu Lebaran karya Ismail Marzuki sampai Bimbo dan Rhoma Irama.


Cuplikan Glenn Fredly the Movie Diluncurkan, Simak Serba-serbi Film Biopik Ini

28 hari lalu

Marthino Lio memerankan Glenn Fredly dalam film Glenn Fredly The Movie. Dok. DAMN! I Love Indonesia Pictures/Adhya Pictures
Cuplikan Glenn Fredly the Movie Diluncurkan, Simak Serba-serbi Film Biopik Ini

Trailer dan poster film biopik Glenn Fredly telah dirilis pada Senin, 25 Maret 2024


Film Glenn Fredly The Movie Tayang 25 April 2024, Kenang Maestro Musik Indonesia

30 hari lalu

Glenn Fredly The Movie. Dok. Poplicist Publicist
Film Glenn Fredly The Movie Tayang 25 April 2024, Kenang Maestro Musik Indonesia

Glenn Fredly The Movie adalah persembahan istimewa bagi para penggemar dan seluruh masyarakat Indonesia.


Jadi Pastor Eksorsis di Film Kuasa Gelap, Lukman Sardi Belajar Banyak Pengusiran Setan

11 Februari 2024

Lukman Sardi, Astrid Tiar, Freya JKT48, dan sutradara Bobby Prasetyo dalam konferensi pers pengumuman pemain dan jelang syuting film Kuasa Gelap di wilayah Jakarta Selatan pada Senin, 5 Februari 2024. Dok. Istimewa.
Jadi Pastor Eksorsis di Film Kuasa Gelap, Lukman Sardi Belajar Banyak Pengusiran Setan

Lukman Sardi mengungkapkan, sebelum syuting film Kuasa Gelap, dia jadi mengetahui banyak hal seputar dunia pengusiran setan atau eksorsis.


Festival Merayakan Gastronomi Indonesia Dibuka, Ada Kuliner Khas Samosir hingga Papua

3 Februari 2024

Di kiri ke kanan: Samsul Widodo, Ketua Dewan Pengawasan Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia; Jason Repholz, perwakilan Kedutaan AS; Ani Nigeriawati, Direktur Diplomasi Publik Kemlu; dan Mei Batubara, Tim Leader Pusaka Indonesia, dalam pembukaan Merayakan Gastronomi Indonesia di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Jumat, 2 Februari 2024 (TEMPO.CO/Putri Ani)
Festival Merayakan Gastronomi Indonesia Dibuka, Ada Kuliner Khas Samosir hingga Papua

Festival Merayakan Gastronomi Indonesia berlangsung 2-11 Februari 2024 di Taman Ismail Marzuki.


Utak-atik Anggaran Bansos Dadakan

31 Januari 2024

Utak-atik Anggaran Bansos Dadakan

Pemerintah kembali mengumumkan program bansos baru menjelang Pemilu 2024. Kali ini bernama BLT Mitigasi Risiko Pangan.


Tarif Sewa Teater TIM dan Gedung Kesenian Naik, Seniman Cemas Efek ke Penonton

16 Januari 2024

Butet Kartaredjasa  dalam pertunjukan seni teater
Tarif Sewa Teater TIM dan Gedung Kesenian Naik, Seniman Cemas Efek ke Penonton

Tarif sewa Teater Besar TIM kini mencapai Rp 50 juta per hari. Simak rincian tarif penyewaan gedung yang dikelola Dinas Kebudayaan DKI.