TEMPO Interaktif, Yogyakarta: Sebanyak 23 seniman dari empat negara, Thailand, Vietnam, Indonesia dan Malaysia mengadakan pameran seni lukis dan seni instalasi di Jogja Gallery dengan tajuk TV-IM singkatan dari nama empat Negara tersebut.
Berbagai corak karya seni mendasari oleh ciri khas budaya masing-masing negara. Lihat saja karya Ekasit Jirratikanon, seniman asal Thailand. Ia melukis seekor gajah yang di atasnya terdapat daun lotus di atas kanvas ukuran 120 X 160 sentimeter dengan judul “Elephant And The Lotus Leaf”.
Karya seni Ekasit didasari salah satu ciri khas negerinya, yaitu gajah. Ia melukis gajah yang sudah mati dan ditutupi dengan daun lotus. Proverb atau kata-kata bijak dari tradisi agama Buddha, yang banyak dianut oleh warga Thailand.
Ternyata, menurut Ekasit, gajah jika sudah mati maka tidak bisa ditutupi hanya dengan satu daun lotus. Ini merupakan pepatah Thailand yang berarti sesuatu yang besar itu tidak bisa ditutupi dengan sesuatu yang lain, apalagi yang kecil. “Aib itu tidak bisa ditutupi, apalagi dengan sesuatu yang kecil,” kata dia.
Seniman instalasi asal Vietnam, Do Xuan Tinh sedikit berbeda menampilka karyanya. Pengalaman berpameran di Indonesia dan negara lain merupakan hal yang luar biasa baginya.
Ratusan gambar anak-anak ia bawa ke ruang pamer. Cukup istimewa karena dari seluruh rangkaian karya, susunan gambar di ruang gelap dengan sinar lampu sorot pada kertas HVS (33X21 cm) menonjolkan karyanya dibanding lukisan seniman yang lain.
Sejak dua tahun dia kumpulkan lukisan anak-anak dan di ruang visual Jogja Gallery yang temaram, instalasi dengan lukisan-lukisan tersebut sangat menarik untuk dinikmati.
Memang selalu mengamati ekspresi anak, anak yang tersenyum, tertawa, bahkan menangis.
”Dunia anak sangat menarik untuk direkam dalam karya seni,” kata Tinh.
Dari Malaysia, para seniman menyuguhkan lima buah lukisan abstrak. Ng Bee, salah satu seniman asal Malaysia yang sering mengadakan pameran lukisan melukis ”The Consultant” di atas canvas dengan ukuran 138 x 138 cm.
Ia menyoroti masalah psikologi dalam lukisannya tersebut. Ia menampilkan tubuh manusi yang digambarkan dengan posisi seolah-olah sakit, putus asa, marah dan tertekan. Wajah dengan perban mempertegas bahasa visual tentang makna penderitaan.
Para seniman asal Indonesia yang bergabung dalam Kelompok Seringgit menyajikan bermacam karya seni, lukisan patung dan seni instalasi perwayangan.
“Listen to Visual Art” karya Nurkholis, merupakan sindiran Nurkholis bagi para penikmat seni, terutama bagi kolektor. Nurkholis menyindir dengan lukisan dua orang yang sedang mendengarkan karya seni.
“Untuk mengatakan karya seni yang bagus bagi orang saat ini cukup mendengar, bukan dengan pengamatan, yang penting kata orang karya itu bagus maka orang lain juga bilang bagus,” kata Nurkholis.
Pameran seni lukias dan instalasi ini akan berlangsung dri 17 Oktober hingga 2 November mendatang.
Muhamad Syaifullah