TEMPO.CO, Jakarta - Sutradara dan komika, Ernest Prakasa ikut menanggapi disahkannya RUU Omnibus Law Cipta Kerja menjadi UU Cipta Kerja dalam Rapat Paripurna yang digelar pada Senin, 5 Oktober 2020. Pengesahan ini menibulkan sejumlah kontroversi dan reaksi dari masyarakat.
"Apalah kita ini bagi para pemimpin nan mulia, selain deretan angka. Angka korban pandemi, angka pengangguran, angka pemilih para kandidat. Angka dan angka dan angka. Tanpa jiwa, tanpa suara," tulis Ernest di Twitter pada Senin, 5 Oktober 2020.
Cuitan sutradara Cek Toko Sebelah itu ditanggapi sejumlah warganet lainnya yang sependapat. "Jangan lupa kaak Ernest yang memiliki uang yang berkuasa. Kita mah apa tuh remahan rengginang. Nyawa tak ternilai. Keringat tak berbayar atau bisa jadi numpang netes keringet aja berbayar," tulis akun @askiyaintan. "Mengatasnamakan negara untuk kepentingan pribadi. Sekali palu diketuk beribu ketidaksetujuan rakyat ya cuma angin lalu," tulis akun @squishsquishbby.
Fiersa Besari. Youtube
Mereka menyindir anggota legislatif yang kurang berpihak kepada rakyat. "Katanya perwakilan rakyat, tapi pas rakyat bersuara pemerintah malah tutup telinga," tulis akun @liltigerkim. "Dipilih rakyat, di gaji rakyat, pake fasilitas dari rakyat, tapi nyusahin rakyat. Pas pemilu butuh suara rakyat , pas udah menang ga mendengarkan suara rakyat," tulis akun @chaeummmm.
Selain Ernest, penulis dan musisi Fiersa Besari juga ikut bersuara menanggapi UU Cipta Kerja. "Teruntuk pencinta sepak bola, pencinta K-Pop, akun anon, mas-mas dan mbak-mbak cringe, akun open BO, pemburu giveaway, dsb, bersatulah. Kepentingan buruh adalah kepentingan kita juga. Malam ini adalah bukti bahwa rakyat tidak diwakili oleh dewan, melainkan oleh rakyat itu sendiri," tulis Fiersa di Twitter pada Senin, 5 Oktober 2020.
MARVELA