TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maruf Amin dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Rais Aam merestui rencana produksi film Cahaya di Langit Hijaz. Film ini mengisahkan kehidupan Syekh Nawawi al-Bantani (1813-1897), seorang ulama terkemuka Indonesia, yang juga kakek buyut Maruf Amin.
Baca: Sekuel Pengabdi Setan Segera Digarap, Ini Janji Produser
Film ini dibuat dengan gagasan mengenalkan kembali sosok dan kiprah Syekh Nawawi al-Bantani kepada masyarakat Indonesia. Serta memperluas wawasan masyarakat tentang ketokohan ulama-ulama tanah air.
“Syekh Nawawi al-Bantani adalah seorang ulama besar di masanya, yang tidak hanya dikenal di Nusantara, juga di dunia Islam,” kata Maruf Amin saat menerima tim persiapan produksi film di kediamannya, Senin, 2 April 2018.
Sosok Syekh Nawawi juga dikenal sebagai cendekiawan yang memiliki kedalaman ilmu, serta penulis yang produktif. Beberapa literatur menyebut karyanya sudah mencapai lebih dari 100 judul kitab dengan tema beragam disiplin ilmu termasuk di dalamnya ilmu kalam, tauhid, tafsir, syariah, sejarah, dan lain-lain.
Yang paling termasyhur dan hingga kini karena masih dipelajari di berbagai pesantren di seluruh Nusantara serta diakui kalangan ulama di dunia Islam adalah Tafsir al Munir li Ma’alim at-Tanzil, yang lebih dikenal dengan judul lain Marah Labid Tafsir an-Nawawi. Kitab tafsir ini sangat dipuji kalangan alim-ulama, sehingga atas kedalaman ilmunya Syekh Nawawi al-Bantani dianugerahi gelar yang sangat terhormat: Sayyid Ulama al-Hijaz.
“Karena kedalaman pengetahuan dan wawasan keislamannya, Syekh Nawawi ditunjuk gurunya, Syekh Ahmad Khatib Sambas, untuk menggantikannya sebagai Imam Masjidil Haram. Ketika itu sang guru sudah uzur. Dari sinilah ia mulai disapa sebagai Syaikh Nawawi Al Jawi,” kata Maruf Amin.
Ia lanjut menuturkan, kakek buyutnya tersebut merupakan mahaguru ilmu keislaman, di mana banyak ulama terkemuka negeri ini pernah berguru.
Murid-murid Syekh Nawawi al-Bantani menurutnya banyak yang menjadi ulama besar di Nusantara, di antaranya KH Mahfuz at-Tirmisi (Pesanteren Tremes, Pacitan), KH Khalil Bangkalan (Madura), KH Hasyim Asyari (Pesantren Tebu Ireng, Jombang, pendiri Nahdlatul Ulama); KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH Ilyas (Serang, Banten), Syekh Sulaiman ar Rasuli (Candung, Sumatra Barat), Syekh Hasan Maksum (pendiri Al Wasliyah, di Sumatra Utara), dan KH Tubagus Muhammad Asnawi (Caringin).
Diproduseri Iskandar Siregar, film Cahaya di Langit Hijaz akan diproduksi pada 2018, bekerja sama dengan Max Pictures, rumah produksi yang menghasilkan film-film box office, seperti Dilan 1990.