TEMPO.CO, Jakarta -Keluarga besar Tjong A Fie merasa tersinggung dengan penayangan film televisi berjudul Misteri Rumah Tjong A Fie garapan rumah produksi Max Pictures. Film dengan genre horor komedi itu ditayangkan di salah satu stasiun televisi nasional tanpa izin dari pihak keluarga Tjong A Fie.
Baca: Film Televisi Trans7 Diprotes Cicit Tjong A Fie, Ada Apa?
Ricco Richeza Prawira Tjong, cicit dari Tjong A Fie, mengaku sudah ada permintaan maaf dari Max Pictures. “Ada (permintaan maaf), tapi pihak keluarga belum mau menanggapi untuk sementara karena masih ada diskusi,” ujar Ricco saat dihubungi Tempo, Selasa, 30 Januari 2018.
Sebelumnya, pihak Trans7 juga menyatakan permintaan maafnya terkait film yang mengatasnamakan tokoh terpandang di Medan, Sumatra Utara itu.
“Mohon maaf atas kesalahan info yang terjadi pada tayangan Kisah Nyata, program tersebut dibuat oleh Production House dan Trans7 adalah pihak yang bekerjasama. Saat ini kami sedang mengupayakan komunikasi dengan pihak production house. Untuk hasil komunikasi dengan pihak production house akan kami infokan secepatnya, terima kasih dan mohon maaf atas kesalahan yang terjadi,” tulis akun Instagram resmi Trans 7 kepada Ricco lewat pesan langsung Instagram.Keluarga memprotes film televisi Misteri Rumah Tjong A Fie. Instagram
Tjong A Fie adalah sosok terpandang bagi masyarakat Medan, Sumatra Utara. Selama hidupnya, bukan hanya membantu orang yang tidak mampu, Tjong A Fie juga membangun beberapa tempat ibadah di Medan seperti Masjid Raya Al-Mashum, Masjid Gang Bengkok, kuil Buddha di Brayan, dan kuil Hindu untuk warga India.
Selain itu, Tjong A Fie juga membangun Jembatan Kebajikan di Jalan Zainul Arifin. Sebelum meninggal pada 1921, Tjong A Fie memberikan seluruh kekayaannya kepada Yayasan Toen Moek Tong yang didirikan di Medan. Yayasan ini bertujuan untuk memberikan bantuan keuangan kepada pemuda berbakat dan berkelakuan baik untuk menyelesaikan pendidikan.
Ricco mengaku pihak akan akan menindaklanjuti kejadian yang merugikan nama Tjong A Fie dan keluarga besarnya. “Keluarga menindaklanjuti semuanya, kami lagi mencoba menjalani ke ranah hukum tapi sampai sekarang masih didiskusikan,” jelas Ricco.