15 Tahun Kepergian W.S. Rendra, Berikut Profil Sang Burung Merak

Rabu, 7 Agustus 2024 14:22 WIB

Foto File: W.S Rendra membaca puisi dalam konser Suluk Hijau di Manggala Wanabhakti, Jakarta, Kamis, 27 Maret 2008. TEMPO/Dimas Aryo

TEMPO.CO, Jakarta - Lima belas tahun kepergian maestro sastra Indonesia, W.S. Rendra, pada 6 Agustus 2024. Nama W.S. Rendra selalu identik dengan puisi yang penuh semangat juang dan kritik sosial.

Sang penyair yang kerap dijuluki "burung merak" ini telah meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi dunia sastra Indonesia. Karya-karyanya, yang lahir dari jiwa yang sensitif dan pikiran yang kritis, berhasil menyentuh hati jutaan pembaca dan menginspirasi generasi-generasi penerus.

Lahir di Solo pada 7 November 1935, Rendra sejak muda telah menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang kesusastraan.

Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa di salah satu sekolah Katolik di Solo. Selain itu, Sugeng Brotoatmodjo ini juga dikenal sebagai pelaku seni drama tradisional. Sementara sang ibu adalah seorang penari di istana Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Dikutip dalam buku karya Harlina Indijati dan Abdul Murad yang berjudul Biografi Pengarang Rendra dan Karyany", keluarga ini adalah keluarga Katolik yang dibesarkan dalam lingkungan budaya Jawa. Tumbuh-besar di lingkungan seni dan budaya, membuat Renda mampu menghasilkan karya sastra berupa puisi, naskah drama, cerpen, dan lainnya.

Advertising
Advertising

Hingga SMA, W.S. Rendra menempuh pendidikannya di Surakarta, Jawa Tengah. Sepanjang 1950-an puisi-puisi dan cerpennya terus dimuat dalam berbagai majalah, seperti Kisah, Seni, Basis, dan Konfrontasi. Lulus SMA, Rendra lanjut berkuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) jurusan Sastra dan Budaya Inggris.

Karya-karyanya yang pertama kali muncul pada masa remaja telah mencuri perhatian para kritikus sastra. Namun, puncak kepopulerannya dicapai pada dekade 1960-an dan 1970-an, ketika puisi-puisinya yang sarat akan semangat perlawanan terhadap ketidakadilan sosial menjadi semacam himne bagi generasi muda yang haus akan perubahan.

Salah satu karya Rendra yang paling terkenal adalah "Ballada Orang-Orang Tercinta". Puisi ini dianggap sebagai potret nyata kehidupan masyarakat Indonesia pada masa itu, dengan segala permasalahan sosial dan politik yang mendera. Gaya bahasa Rendra yang lugas dan penuh emosi membuat puisi ini mudah dicerna oleh berbagai kalangan, baik kalangan terpelajar maupun masyarakat awam.

Selain sebagai penyair, Rendra juga dikenal sebagai seorang dramawan dan sutradara teater yang handal. Melalui Bengkel Teater yang didirikannya di Yogyakarta, Rendra berhasil melahirkan banyak sekali karya teater yang berkualitas dan inovatif. Bengkel Teater menjadi semacam laboratorium eksperimen bagi para seniman muda yang ingin mengembangkan bakat dan kreativitasnya.

Pengaruh Rendra terhadap dunia sastra Indonesia sangatlah besar. Ia berhasil mengubah wajah puisi Indonesia yang sebelumnya cenderung kaku dan akademik menjadi lebih hidup dan relevan dengan kehidupan masyarakat. Puisi-puisi Rendra tidak hanya sekadar kumpulan kata-kata indah, tetapi juga mengandung pesan-pesan yang mendalam tentang kemanusiaan, keadilan, dan perjuangan.

W.S. Rendra wafat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok pada Kamis 6 Agustus 2009 pukul 22.00. Penyair yang dijuluki Burung Merak ini meninggal karena komplikasi penyakit yang dideritanya. Pria yang lahir di Solo, Jawa Tengah pada 9 November 1935, disemayamkan di rumahnya Kelurahan Cipayung, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat.

Pemakaman W.S. Rendra berlangsung khidmat dan dihadiri oleh ribuan pelayat. Jenazahnya dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di kawasan Cipayung Jaya, Citayam, Depok, Jawa Barat. Makam Rendra terletak tidak jauh dari makam Mbah Surip, sahabatnya yang juga seorang seniman.

Kompleks makam Bengkel Teater, tempat peristirahatan terakhir Rendra, memang sengaja dirancang oleh beliau untuk menjadi tempat peristirahatan para seniman. Makam Rendra sendiri berada satu tingkat di atas makam Mbah Surip, seolah-olah menjadi simbol penghormatan terhadap sosok yang telah banyak berkontribusi bagi dunia seni dan budaya Indonesia.

Kepergian W.S. Rendra merupakan kehilangan besar bagi dunia sastra Indonesia. Namun, semangat juang dan karya-karyanya akan terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang. Rendra telah membuktikan bahwa puisi tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga bisa menjadi alat untuk mengubah dunia.

SUKMA KANTHI NURANI | WINDA OKTAVIA

Pilihan Editor: Hari Ini 29 Tahun Lalu Polisi Menangkap W.S. Rendra Saat Berdemo Pembredelan Majalah Tempo

Berita terkait

Fiersa Besari Rehat dari Musik Mulai 2025, Faktor Kelelahan dan Keluarga Jadi Alasan Utama

1 hari lalu

Fiersa Besari Rehat dari Musik Mulai 2025, Faktor Kelelahan dan Keluarga Jadi Alasan Utama

Fiersa Besari mengumumkan rehat dari dunia musik mulai 1 Januari 2025 karena kelelahan dan ingin fokus pada keluarga.

Baca Selengkapnya

D. Zawawi Imron Penerima Penghargaan Achmad Bakrie Awards 2024: Yang Hebat Bukan Saya, tapi Ayah dan Ibu Saya

32 hari lalu

D. Zawawi Imron Penerima Penghargaan Achmad Bakrie Awards 2024: Yang Hebat Bukan Saya, tapi Ayah dan Ibu Saya

Sastrawan D. Zawawi Imron menjadi satu dari lima penerima Penghargaan Achmad Bakrie XX 2024, untuk kategori apa? Berikut profilnya.

Baca Selengkapnya

83 Tahun Rabindranath Tagore Wafat, Penyair Legendaris Kesusastraan India

41 hari lalu

83 Tahun Rabindranath Tagore Wafat, Penyair Legendaris Kesusastraan India

Rabindranath Tagore seorang penyair Bengali, filsuf, dramawan, pelukis dan sastrawan terbaik sepanjang masa dalam kesusastraan modern india.

Baca Selengkapnya

Penyair W.S. Rendra Pernah Bintangi Beberapa Film, termasuk Yang Muda yang Bercinta dan Kantata Takwa

42 hari lalu

Penyair W.S. Rendra Pernah Bintangi Beberapa Film, termasuk Yang Muda yang Bercinta dan Kantata Takwa

Sang penyair W.S. Rendra pernah bintangi beberapa film seperti Yang Muda yang Bercinta dan Kantata Takwa.

Baca Selengkapnya

Perjalanan 83 Tahun Goenawan Mohamad, Wartawan yang Sastrawan

51 hari lalu

Perjalanan 83 Tahun Goenawan Mohamad, Wartawan yang Sastrawan

Goenawan Mohamad wartawan yang sastrawan itu hari ini berulang tahun ke-83. Ini perjalanan hidup dan karya-karyanya.

Baca Selengkapnya

43 Tahun Lalu Kepergian Buya Hamka Ulama yang Sastrawan

56 hari lalu

43 Tahun Lalu Kepergian Buya Hamka Ulama yang Sastrawan

Buya Hamka meninggal pada 24 Juli 1981 dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Ini perjalanan ulama yang sastrawan.

Baca Selengkapnya

Mengenang Tokoh Sastrawan Indonesia, Abdul Hadi WM dengan Berbagai Prestasinya

25 Juni 2024

Mengenang Tokoh Sastrawan Indonesia, Abdul Hadi WM dengan Berbagai Prestasinya

Mengenang sastrawan dan budayawan Abdul Hadi WM yang dikenal dengan aliran sufinya yang memiliki berbagai penghargaan bergengsi.

Baca Selengkapnya

Ayu Utami, Sastrawan Sekaligus Salah Seorang Pendiri AJI Indonesia

21 Juni 2024

Ayu Utami, Sastrawan Sekaligus Salah Seorang Pendiri AJI Indonesia

Ayu Utami penulis novel Saman dan Larung. Ia salah seorang pendiri AJI Indonesia dan turut mengajukan amicus curiae sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

4 Buku Pramoedya Ananta Toer dengan Tema Perempuan yang Wajib Dibaca

22 Mei 2024

4 Buku Pramoedya Ananta Toer dengan Tema Perempuan yang Wajib Dibaca

Deretan buku karya Pramoedya Ananta Toer bertema perempuan yang menarik untuk dibaca, Gadis Pantai hingga Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer.

Baca Selengkapnya

Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

1 Mei 2024

Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.

Baca Selengkapnya