Review Film Women from Rote Island, Kisah Pilu Korban Kekerasan Seksual dari Indonesia Timur

Sabtu, 17 Februari 2024 19:30 WIB

Women from Rote Island. Foto: Instagram/@womenfromroteisland

TEMPO.CO, Jakarta - "Semua orang lahir dari kelamin yang berdarah," adalah kutipan paling kuat yang terus terngiang usai menonton film Women from Rote Island. Film yang memanen Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI) 2023 itu mengajak penonton untuk memerangi masalah kekerasan seksual dari perspektif perempuan di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.

Karya sutradara Jeremias Nyangoen dari Bintang Cahaya Sinema dan Langit Terang Sinema tersebut secara intens menggambarkan keberdayaan perempuan dalam menghadapi tantangan kekerasan seksual. Women from Rote Island yang sukses membawa pulang Piala Citra kategori film cerita panjang terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) ini mulai tayang di bioskop Indonesia pada 22 Februari 2024. Berikut sinopsis dan review film selengkapnya.

Sinopsis Film Women from Rote Island

Film ini berkisah tentang Orpa (Linda Adoe), yang baru saja kehilangan suami dan tinggal bersama dua anak perempuannya. Dia harus menghadapi diskriminasi dan tradisi dengan berjuang mendapatkan keadilan atas kekerasan yang ia dan anaknya alami. Di sisi lain, Martha (Irma Rihi), anak Orpa pulang ke kampung halaman membawa trauma kekerasan seksual yang menimpanya saat menjadi TKI di Malaysia.

Ketika warga di kampungnya mengetahui kondisi Martha, bukannya mendapatkan perlindungan, ia justru kembali menerima perlakuan yang tidak menyenangkan. Orpa dan keluarganya harus menghadapi diskriminasi dan bertahan dengan kondisi yang tak berpihak pada mereka.

Review Film: Jeritan Perempuan Rote, Korban Kekerasan Seksual

Dalam film ini, penonton akan melihat realitas kekerasan seksual di Indonesia Timur yang jarang atau bahkan tak terjamah untuk diangkat ke layar lebar. Mulai dari keadaan sistem hukum, kondisi sosial, hingga budaya patriarki, yang masih mengadang upaya dalam memberikan keadilan bagi para korban kekerasan seksual. Selain mengangkat sisi kekerasan seksual yang jadi isu kuat, film berprestasi ini merupakan manifestasi dari kebudayaan dan indahnya Indonesia Timur.

Advertising
Advertising

Alur berjalan fluktuatif memberikan perasaan roller coaster atau emosi yang berubah-ubah kepada para penonton. Ceritanya dimulai dengan intens, dan melambat di pertengahan adegan. Jeritan perempuan Rote yang bertubi-tubi mengalami kekerasan seksual menghadirkan situasi mencekam dan emosi yang kuat.

Meski begitu, ada kontras jeritan di sini. Sebagai korban yang penuh trauma, Martha hanya diam ketika pulang untuk prosesi pemakaman ayahnya. Lukanya yang pilu membuatnya tak mengucap sapatah kata atau tangisan. Ini merupakan representasi dari perempuan yang kerap dibungkam sebagai korban kekerasan seksual. Raut wajah pilu para pemainnya secara tegas diperlihatkan membuat penonton terhanyut serta memahami bahwa memang ada luka batin yang traumatik.

Dialog Tajam yang Tekankan Pentingnya Sosok Ibu

Dialog yang menggunakan bahasa lokal khas Rote terasa natural, menjadikan orisinalitas film ini sebagai kekuatan tersendiri. Selain itu, aspek pendukungnya juga ditampilkan sedemikian rupa, seperti set rumah adat yang masih terbuat dari kayu, busana, hingga adat istiadat juga memberikan pengalaman menonton yang tak terlupakan.

Penulisnya juga tidak berusaha menghaluskan rangkaian dialog. Seperti di awal, dialog "Semua orang lahir dari kelamin yang berdarah," hadir dalam beberapa adegan. Dialog tajam ini menekankan pentingnya sosok ibu dari perempuan yang justru ironisnya kerap mengalami pelecehan hingga kekerasan seksual.

Kebanyakan, adegan dalam film ini diambil dengan teknik one shot long take kamera yang dieksesuki secara sukses. Misalnya saat rangkaian dialog para perempuan di dapur yang menunjukkan konflik batin Orpa yang berduka dan terus mendapat intimidasi. Rupanya, hal ini berangkat dari latar belakang sang penulis dan sutradara yang berasal dari teater. Meski tak mudah menghadirkan adegan dengan teknik tersebut, persiapan film yang cukup matang membuatnya tampak mulus.

Budaya dan Keindahan Alam Dikemas dengan Sinematografi Apik

Mengimbangi kisah pilu yang dialami keluarga Orpa, film ini menyajikan budaya dan keindahan alam Pulau Rote dengan sinematografi yang apik. Adat dan kebudayaan Rote melengkapi film ini, yakni tarian dari warga sekitar yang menghibur usai pemakaman suami Orpa. Prosesi pemakaman agama Kristen ditampilkan menggambarkan mayoritas agama di Nusa Tenggara Timur. Nyanyian adat dan lantunan piano yang lembut melengkapi kisah pilu yang ditampilkan dalam backsound film Women from Rote Island.

Lanskap laut dan bukit hijau di film ini membuat penonton kenal akan kekayaan alam Indonesia. Selain itu, ada pula keindahan corak kain tenun yang kerap dipakai warga lokal dalam kehidupan sehari-hari. Walau begitu, film ini juga menampilkan adegan kekerasan yang cukup eksplisit dan membuat penonton ke-trigger dengan konfliknya.

Hadirkan Babak Cerita dengan Dualitas Pandangan Kamera

Sang sutradara, Jeremias Nyangoen menjelaskan situasi TKI di Indonesia Timur dengan audio-visual yang intens. Dialog demi dialog hadir secara natural menggambarkan situasi masyarakat yang masih kental adat istiadatnya. Suasana di lingkungan keluarga Orpa yang sedang berduka disorot secara detail dan membuat penonton seolah merasakan rentetan kejadiaan pilu yang dialami para tokoh.

Film yang diputar di Busan International Film Festival 2023 itu dibungkus dalam babak cerita. Tiap babaknya, ada deskripsi kuat yang mengarahkan penonton pada rangkaian adegan. Masing-masing babak itu mengisahkan konflik yang dihadapi Orpa dan kedua anaknya.

Berbicara soal adegan yang dibagi dalam babak itu, sang sutradara mengaku hadirkan dualitas pandangan kamera, yakni saat hadir sebagai tokoh dan sutradara. "Impresi ada saatnya kamera saya jadi aktor, dan jadi point of view sutradara sehingga rasanya membuat penonton dekat. Itu adalah hal yang ingin saya capai," ujar Jeremias Nyangoen saat konferensi pers gala premiere film ini pada Jumat, 16 Februari 2024.

Pilihan Editor: Women from Rote Island Tayang di Bioskop 22 Februari, Sutradara Punya Harapan Besar

Berita terkait

Review Film Lembayung: Menyoroti Sensivitas Pengemasan Kekerasan Seksual di Layar Lebar

3 hari lalu

Review Film Lembayung: Menyoroti Sensivitas Pengemasan Kekerasan Seksual di Layar Lebar

Film horor Lembayung merupakan debut Baim Wong sebagai sutradara. Dijadwalkan tayang di bioskop 19 September 2024.

Baca Selengkapnya

Review Film Seni Memahami Kekasih: Eksplorasi Romansa dalam Kesederhanaan Masyarakat Kelas Menengah

16 hari lalu

Review Film Seni Memahami Kekasih: Eksplorasi Romansa dalam Kesederhanaan Masyarakat Kelas Menengah

Film Seni Memahami Kekasih menyajikan perjalanan romansa dalam kesederhanaan masyarakat kelas menengah, dengan balutan drama dan humor yang segar.

Baca Selengkapnya

Review Film Marbot, Pergulatin Batin antara Cita-cita dan Pengabdian Santri

17 hari lalu

Review Film Marbot, Pergulatin Batin antara Cita-cita dan Pengabdian Santri

Film Marbot menawarkan kisah tentang pengabdian, tanggung jawab, dan hubungan keluarga.

Baca Selengkapnya

Review Film Hounds of War, Pengkhianatan dan Pertarungan Brutal Tentara Bayaran

22 hari lalu

Review Film Hounds of War, Pengkhianatan dan Pertarungan Brutal Tentara Bayaran

Hounds of War menyajikan aksi yang intens dan ketegangan gelap dalam dunia tentara bayaran.

Baca Selengkapnya

Review Film Kaka Boss: Serba Amazing!

22 hari lalu

Review Film Kaka Boss: Serba Amazing!

Film Kaka Boss produksi Imajinari Pictures tayang perdana di bioskop seluruh Indonesia pada Kamis, 29 Agustus 2024

Baca Selengkapnya

Review Deadpool & Wolverine, Aksi Brutal yang Berpadu dengan Humor Segar

58 hari lalu

Review Deadpool & Wolverine, Aksi Brutal yang Berpadu dengan Humor Segar

Deadpool & Wolverine tayang di bioskop Indonesia mulai 24 Juli 2024, berikut reviewnya.

Baca Selengkapnya

Review Film Pusaka: Kutukan Keris Empu Gandring dan Perspektif Kebaikan

15 Juli 2024

Review Film Pusaka: Kutukan Keris Empu Gandring dan Perspektif Kebaikan

Film Pusaka berhasil mewujudkan mimpi sutradara dan tim produksi untuk menawarkan opsi tontonan horor yang menghibur tanpa membuat pusing penonton.

Baca Selengkapnya

Review Film Daddio: Dialog Kehidupan, Cinta, dan Hubungan Antarmanusia di Dalam Taksi Kuning

6 Juli 2024

Review Film Daddio: Dialog Kehidupan, Cinta, dan Hubungan Antarmanusia di Dalam Taksi Kuning

Daddio adalah film yang menggugah emosi, mempertemukan Dakota Johnson dan Sean Penn dalam perjalanan taksi yang menggali makna kehidupan manusia.

Baca Selengkapnya

Review Film Jurnal Risa by Risa Saraswati: Teror Samex, Sosok Astral Pembawa Malapetaka

5 Juli 2024

Review Film Jurnal Risa by Risa Saraswati: Teror Samex, Sosok Astral Pembawa Malapetaka

Pengalaman seram dari tim Jurnal Risa diangkat ke layar lebar berjudul Jurnal Risa by Risa Saraswati, penonton merasa terteror.

Baca Selengkapnya

Review Film A Quiet Place: Day One, Kengerian Invasi Alien di Tengah Hiruk Pikuk New York

1 Juli 2024

Review Film A Quiet Place: Day One, Kengerian Invasi Alien di Tengah Hiruk Pikuk New York

A Quiet Place: Day One adalah prekuel yang menegangkan dari saga A Quiet Place, mengisahkan hari pertama invasi alien di New York.

Baca Selengkapnya