TEMPO.CO, Jakarta - Pada peringatan Hari AIDS Sedunia, 1 Desember 2015, Good Sheep Productions dan Kinekuma Pictures merilis episode perdana film Kisah Carlo di YouTube. “Tepat pukul 00.00 WIB nanti,” kata sutradara Andri Chung dalam jumpa pers di Pacific Place, Jakarta, Senin, 30 November 2015.
Film ini hasil kerja sama dua rumah produksi itu dengan Rumah Sakit Saint Carolus dan Ruang Carlo. Ruang Carlo merupakan pusat pelayanan dan pengobatan bagi para penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit St Carolus di Salemba, Jakarta Pusat.
Film ini merupakan hasil diskusi Andri dengan Emon Winardi, dokter spesialis penyakit dalam dan Suster Sesilia, biarawati. Dua tokoh inilah yang mendirikan Ruang Carlo pada 2009.
“Film ini terinspirasi dari kisah nyata di Ruang Carlo," kata Andri, yang menyutradarai 6 dari 10 episode Kisah Carlo. "Kami berharap film ini dapat menyebarkan edukasi tentang HIV/AIDS seluas mungkin dan nonkomersil.”
Pemilihan bentuk tayangan lewat web-series, Andri melanjutkan, diharapkan dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dan bisa ditonton di waktu personal mereka. Tiap episode berdurasi 20 menit dan akan ditayangkan setiap Jumat pekan pertama dan ketiga setiap bulannya. Di sela-sela waktu itu, trailer episode lanjutan akan dirilis.
Paul Agusta yang menjadi aktor sekaligus sutradara untuk 4 episode mengatakan bahwa kualitas film yang mereka bikin tak kalah dengan film layar lebar. “Hanya karena layar kita cuma sedikit (sambil menunjukkan ukuran ponsel pintarnya), bukan berarti ngerjainnya setengah-setengah. Kami serius. Kualitas dan standar yang kita gunakan sama dengan layar lebar,” kata Paul.
Produser Kyo Hayanto mengatakan bahwa kesulitan terbesar dalam pengambilan gambar adalah penjadwalan syuting dan pencarian aktor. “Selama syuting, hampir 80 persen gambar diambil di rumah sakit,” kata Kyo. Pembiayaan film ini juga berasal dari pengelola St. Carolus dan beberapa rekanan.
Film ini berkisah tentang dinamika kehidupan di Ruang Carlo. Tentang kisah-kisah yang dialami pasien dalam menghadapi HIV/AIDS, dokter, biarawati dan konselor di sana. Beberapa tokoh dalam film ini seperti Suster Fransiska, Dokter Remon dan Dokter Janice merupakan tokoh nyata. Pengalaman yang dilalui karakter pasien dalam film ini juga merupakan testimoni tertulis mereka yang merupakan salah satu bentuk terapi. “Pengalaman hidup karakter dalam film ini merupakan gabungan dari beberapa pengalaman pasien. Dramatisasi kehidupan dokter juga kami masukkan seizin dokter yang bersangkutan,” katanya.
Film ini dibintangi aktris kawakan maupun pendatang baru. Antara lain; Jajang C. Noer (sebagai suster Fransiska), Putri Ayudya (Maya), Gesatta Stella (dr. Jenny), Dayu Wijanto (Suster Leli), Natalius Chendana (Surya), Rangga Djoned (Yasmine). Pemeran lainnya antara lain Chicco Kurniawan dan William Tjokro.
AMANDRA M. MEGARANI