TEMPO.CO, Jakarta -Sastrawan Leon Agusta (Ridwan Ilyas) , meninggal di Padang, Kamis, 10 Desember 2016 pukul 16.15 WIB dalam 77 tahun. Leon meninggal karena sakit paru-paru yang dideritanya. Leon meninggalkan seorang istri,Margaret Rose Glade Agusta dan putranya, sineas Paul Agusta. “Terakhir beliau minta dipindahkan ke Padang dan kami antar ke sana dua pekan lalu,” ujar Paul melalui ponselnya kepada Tempo.
Paul menuturkan, kesehatan ayahnya sudah mulai menurun sejak dua tahun terakhir ini. Selama dua pekan di Padang, Paul sempat menunggui ayahnya ini. Rencananya, Leon akan dimakamkan besok di Taluak Kabuang, Padang.
Leon lahir di Desa Sigiran, daerah pinggiran Danau Maninjau pada 5 Agustus 1938. Dia pernah menjadi guru di SGB Bengkalis (1959), pimpinan Bengkel Teater Padang (1972) dan anggota Dewan Kesenian Jakarta .
Leon merupakan sastrawan yang pernah mengikuti Program Penulisan Internasional di Iowa University pada 1976 dan 1978. Dia dikenal sebagai sastrawan dengan karya puisi, cerpen, esei, novel yang dimuat di berbagai media massa dan diterbitkan dalam sejumlah buku antologi.
Sebuah buku karyanya, Gendang Pengembara terbit pada 2012 lalu. Beliau pernah menerbitkan beberapa karya seperti kumpulan sajak Monumen Safari pada 1966, kumpulan sajak Catatan Putih (1975), novel Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978), kumpulan sajak Hukla (1979), Berkemah dengan Putri Bangau (1981) dan kumpulan cerpen Hedona dan Masochi (1984).
Sastrawan Sapari Djoko Damono mengatakan baru mendengar berita duka tersebut. Dia mengatakan tak dekat dengan almarhum. Saprdi sempat bertemu Leon pada sebuah acara di Taman Ismail Marzuki. “Kira-kira tiga-empat bulan lalu, selintas saja. Terlihat sudah sakit tapi tetap semangat di acara-acara seni,” ujar Sapardi.
DIAN YULIASTUTI