TEMPO.CO, Jakarta - Lukman Sardi mengamati kondisi perfilman Indonesia. Putra pemusik Idris Sardi ini menilai, setelah perfilman Indonesia sempat mati suri, ia melihat animo masyarakat terhadap ajang Festival Film Indonesia (FFI) bangkit lagi.
Lukman, yang kini menjadi Ketua Bidang Media dan Publikasi FFI 2015, mengatakan FFI tempo dulu menjadi salah satu ajang penghargaan yang paling ditunggu-ditunggu masyarakat. “Dulu FFI selalu ditunggu-tunggu. Orang-orang ingin tahu siapa saja yang menang dan bawa piala. Tapi, sejak film Indonesia mati suri, animonya tidak seperti dulu,” ujar Lukman Sardi di gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa, 27 Oktober 2015.
Karena itu, Lukman Sardi beserta panitia FFI 2015, yang kini dikomandani Olga Lydia sebagai Ketua Umum FFI 2015, berharap penyelenggaraan FFI 2015 lebih besar dan meriah. Berbagai inovasi pun dilakukan, seperti memakai sistem penjurian Lifetime Membership, mengangkat nama Teguh Karya sebagai apresiasi, serta membuat media center untuk pertama kalinya dalam sepanjang sejarah FFI.
“Pas peluncurannya kita sudah berpikir ada media center. Tujuannya agar teman-teman media bisa dapat berita tentang FFI karena kami akan update terus,” kata sutradara film Di Balik 98 itu.
Tidak hanya itu, panitia FFI 2015 juga akan menggelar diskusi tentang seluk-beluk film dari sineas terbaik di Indonesia. Dengan begitu, Lukman Sardi berharap animo masyarakat terhadap FFI akan kembali seperti dulu.
“Kami ingin FFI ini menjadi tolak ukur untuk kemajuan perfilman Indonesia dan untuk membuat animo orang-orang di luar film agar punya kepedulian terhadap film Indonesia. Kami ingin FFI seperti dulu lagi,” tuturnya.
Para kritikus film menilai mati surinya perfilman Indonesia terjadi pada dekade 1990-an. Saat itu, film bioskop mengalami sepi produksi karena pasarnya dikalahkan opera sabun yang banyak ditayangkan di televisi. Menurut kritikus Yapi Tambayong, perfilman Indonesia baru kembali bangkit lewat dua film yang meledak di bioskop, yaitu Petualangan Sherina (2000) dan Ada Apa Dengan Cinta (2002).
LUHUR TRI PAMBUDI