TEMPO.CO, Solo - Tokoh teater asal Solo, Joko Bibit Santoso, tutup usia pada Jumat, 14 Oktober 2016. Pendiri Teater Ruang itu meninggal setelah dirawat di salah satu rumah sakit di Wonogiri.
Salah satu sahabat karib Joko Bibit, Novianto, mengatakan jenazah almarhum disemayamkan di Sanggar Teater Ruang di Danusuman, Solo. "Kemungkinan akan dimakamkan pada Sabtu pagi," katanya.
Menurut dia, Joko Bibit masih sempat beraktivitas di sanggar barunya yang berada di Wonogiri. "Bahkan semalam masih rapat bersama teman-teman di Wonogiri," katanya.
Saat itu, seniman yang sering pentas ke luar negeri tersebut sempat mengeluh tidak enak badan. Jumat pagi Joko Bibit dilarikan ke rumah sakit. Tidak lama setelah menjalani perawatan, tokoh yang sempat aktif menolak eksplorasi karst di Kendeng itu akhirnya tutup usia.
Baca: Berjuang Melawan Kanker Payudara Melalui Media Online
Selama hidup, Joko Bibit dikenal sebagai sutradara yang cukup produktif. Tahun ini, misalnya, tidak kurang dari dua karya telah dipentaskan di pendapa Kenthut Rudjito Teater Ruang.
Pada Maret lalu, dia mementaskan naskah Megalitiaterikum selama lima malam berturut-turut. Proses latihan untuk pementasan tersebut dipersiapkan selama lima tahun. Dua bulan kemudian, dia kembali menggarap naskah berjudul Tetumbuhan Tumbuh Diotakku. Naskah yang ditulis oleh Joko Bibit itu bercerita tentang perjalanan menuju kematian.
Joko Bibit bersama kawan-kawannya mendirikan Teater Ruang pada 1994. Mereka banyak mengeksplorasi tubuh dengan panggung minimalis. Sebagian besar pentasnya bercerita tentang kehidupan.
AHMAD RAFIQ