TEMPO.CO, Jakarta - Pemilik Galeri Nadi, Biantoro Santoso kehilangan salah satu senimannya, S. Teddy Darmawan yang meninggal pada Jumat malam, 27 Mei 2016. Biantoro mempunyai kesan yang dalam terhadap almarhum. Hari ini jenazah Teddy dikremasi di Semarang.
“Dia sangat total hidup sebagai seniman. Menghayati dan bahagia berprofesi sebagai seniman,” ujar Biantoro melalui pesan pendeknya, Ahad, 29 Mei 2016.
Teddy berpameran tunggal di Galeri Nadi miliknya pada 27 Oktober-9 November 2015 dengan tema "Casualties of War". Pada pameran itu, Teddy menampilkan puluhan lukisan, foto diri, dan seni instalasi. Lukisan yang dibuatnya beberapa lukisan yang dibuat semasa pemulihan setelah operasi. Ada pula lukisan dan sketsa yang dibuat sebelum operasi. Teddy juga memamerkan beberapa karya instalasinya. Yang terbaru saat itu adalah instalasi puluhan tiruan senapan AK 47 yang dipasang dalam sebuah rumah-rumahan berdinding pagar duri.
Saat berpameran itu, tubuh Teddy sudah terlihat lebih segar dan agak berisi. Rambut di kepalanya tumbuh meskipun masih tipis. Wajahnya masih terlihat pucat tetapi dia bersemangat.
Menurut Biantoro, selepas pameran tersebut kondisi Teddy tak juga terlalu sehat. Beberapa kali sempat menurun hingga akhirnya masuk rumah sakit dan menghembuskan nafasnya pekan lalu. “Dia terus berkarya meskipun sakit. Memang kondisinya sudah menurun,”ujarnya.
Lukisan terakhir karya Teddy berjudul Sudah Lama Aku Berteman dengan Buddha, ditampilkan di pameran bertajuk "Padi Menguning" di Syang Art Space Magelang, Jawa Tengah, 22 Mei-22 Juni 2016. Selain itu dia juga membuat karya mini potret diri hasil kolaborasi dengan 25 seniman lain dalam kanvas berukuran 30 x 40 sentimeter.
Menurut A. Anzieb, kurator dan sahabat Teddy, Teddy hanya mampu merampungkan 21 karya karena kondisi tubuhnya yang menurun. Meskipun semangatnya membara tetapi tubuhnya tak mampu mengimbanginya. Dia hanya bisa melukis paling lama 15 menit. Anzieb yang membantunya menyiapkan kuas dan kanvas.
DIAN YULIASTUTI|SHINTA MAHARANI