TEMPO.CO , Jakarta: Menyaksikan sosok Herlam alias Lam, sosok wartawan idealis yang menjunjung tinggi kejujuran dan fakta dalam film 3 menjadi daya tarik tersendiri. Dalam film yang akan tayang serentak di sleuruh bioskop Indonesia pada 1 Oktober, sosok Lam diperankan dengan baik oleh aktor Abimana Aryasatya.
Pria kelahiran Jakarta, 24 Oktober 1982 yang sukses main di film Serigala terakhir, Republik Twitter, Miracle "Menantang Maut" dan Catatan (Harian) Si Boy ini begitu menjiwai perannya sebagai waratawan atau jurnalis yang menjunjung tinggi idelisme, kejujuran dan kebenaran di sebuah media bermana Liberanesia.
"Saya memilih peran sosok Lam seorang jurnalis, karena saya dekat dengan dunia wartawan. Sejak kuliah saya berteman dengan kawan yang kemudian bekerja di beberapa media seperti Detik, Liputan 6.Com dan Kompas.Com. Jadi observasi sebagai wartawan saya pegang dan dapat feelnya," ungkap panjang Abimana pada premier film 3 di Epicentrum XXI, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin, 28 Septemeber 2015.
Bagi pria berkulit putih ini mendalami sosok watawan bukan hal baru. "Ini dunia yang dekat dengan saya. Jadi, alhamdukilah kalau saya dibilang pas memerani tokoh Lam, karena feelnya saya ambil dari pengamatan ke teman-teman yang jurnalis."
Abimana akui wartawan adalah profesi hebat dan membanggakan. Baginya, pekerja media ini adalah pilar yang jadi saksi bahkan sosok penting dari sebuah peristiwa dan keberlangsungan sebuah negara.
Menurut dia, menjadi wartawan itu dilema antara kejujuran, kebenarang mengungkap fakta, tekanan dari tempat bekerja yang terkadang sering ada intervensi pihak berkepentingan tertentu. "Belum lagi juga adanya tuntutan keluarga alias periuk dapur atau supaya asap terus ngebul."
Abimana yang terkesan dengan peran Lam, langsung memilih peran ini, meski awalnya ia diminta berperan sebagai Alif. "Wartawan dunia yang dekat dengan saya. Kalau Alif yang berperan sebagai aparat, saya tidak punya pengamatan dan kurang dapat feelnya. Saya suka dan memilih sosok Herlam itu," ujar dia.
Menurut Abimana, melalui perannya ini jadi memahami betapa sulitnya menjadi wartawan yang idealis. Baginya, wartawan ini haruslah menjunjung tinggi idealisme.
"Namun di sisi lain, dia harus bisa bekerja secara mandiri, bebas bertanggung jawab tidak berbenturan dengan pekerjaan atau tuntutan kantor juga kebutuhan keluarga di rumah. susah ya untuk begini?" kata Abimana.
HADRIANI P.