TEMPO.CO, Jakarta - Presiden pertama Indonesia, Sukarno (Baim Wong) disambut pejuang Kapal Zeven Provinci, Martin Paraja (Tio Pasukadewo), di pelabuhan Kota Ende pada Februari 1938. Martin hendak mengantar Sukarno yang saat itu akan dipindahkan pemerintah kolonial Belanda dari pengasingan di Ende ke Bengkulu.
Dalam pertemuan singkat tersebut, Martin, yang kerap membantu perjuangan Sukarno di Ende, melontarkan pertanyaan: apa yang Sukarno temukan selama dalam pengasingan di Ende? "Aku menemukan falsafah penting untuk Indonesia," kata Sukarno, seperti dilafalkan Baim Wong di akhir film Ketika Bung di Ende.
Ketika Bung di Ende sengaja digarap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama PT Cahaya Kristal Media Utama khusus untuk mengangkat kehidupan Sukarno selama diasingkan di Ende. Film berdurasi 120 menit tersebut memuat sepuluh situs peninggalan Sukarno, seperti rumah pengasingan, Taman Rendo, dan Pelabuhan Ende.
Selain menampilkan Baim dan Tio, film yang pengambilan gambarnya dilakukan di Ende pada 28 September hingga 22 Oktober 2013 ini menggaet aktris kawakan, seperti Paramita Rusady yang berperan sebagai Inggit Ganarsih dan Ninik Karim sebagai Amsi, ibu Inggit.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengklaim kebenaran dan fakta yang disajikan film besutan sutradara Viva Westi tersebut. Ia menyatakan bahan dan skenario film didasarkan pada riset dan dokumen sejarah resmi. "Film Sukarno dengan sejarah yang benar," kata Wiendu.
Film beralur lambat ini mengisahkan perjuangan Sukarno dan keluarganya untuk bertahan hidup dan menyebarkan semangat kemerdekaan di Ende. Keterbatasan akses dan pengawasan Belanda yang ketat membuat Sang Proklamator tak mampu mengumpulkan banyak orang muda seperti saat di Jawa.
Film ini justru menggambarkan banyak kisah permenungan Sukarno seorang diri atau bersama Inggit dalam mencoba mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Pergaulan dengan masyarakat miskin di Ende dan komunitas lintas agama menjadi inspirasi Sukarno untuk menyusun dasar Pancasila.(Baca : Kemendikbud Garap Film Soekarno di Ende)
Salah satu potongan film menggambarkan Sukarno yang tengah merenung seorang diri di bawah pohon sukun di Taman Rendo. Di tempat ini, Sukarno mendapat ilham mengenai dasar falsafah Indonesia yang kemudian tertuang dalam Pancasila.
Di tempat yang sama, Sukarno dan Inggit pernah sama-sama berupaya saling meneguhkan pasca-kematian Amsi karena sakit. Kedua saling bertanya tentang arti Indonesia. "Indonesia adalah apa yang telah Engkus (sapaan Sukarno) perjuangkan," kata Inggit.
Kementerian Pendidikan menggarap film Ketika Bung di Ende dengan harapan ada dokumentasi yang lebih mudah diterima masyarakat, khususnya pelajar. Film ini rencananya akan ditayangkan terus-menerus di situs rumah pengasingan Sukarno di Ende. Kementerian juga berencana menggelar bioskop keliling ke daerah terpencil untuk menayangkan film tersebut.
FRANSISCO ROSARIANS
Berita Terpopuler
Siapa Sebenarnya Sosok Ustad Hariri?
Roger Danuarta Masih Tak Sadar Saat Ditemukan
Roger Danuarta Positif Pakai Heroin
Kasus Narkoba, Roger Danuarta Ditangkap Polisi