Senyuman mengembang menghiasi wajah mereka. Pandangan mereka cukup tajam melihat di satu titik: seorang pria berpakaian batik yang berada di antara para penonton.
Musik gamelan yang diputar melalui peralatan sound system itu memang cukup keras. Namun, bagi dua penari itu, suasana hanya sunyi senyap. Sebab, mereka adalah penari yang tuna rungu sekaligus tuna wicara. Mereka tak bisa mendengar suara musik yang menjadi pengiring tariannya.
Pria berbaju batik itu menjadi satu-satunya pemberi aba-aba kapan mereka bergerak dan gerakan apa yang harus mereka lakukan. Gerakan mereka menjadi sangat kompak lantaran masing-masing mengikuti aba-aba dari pelatihnya itu dengan seksama.
Sari Tri Anjar dan Arsiska Nur Permata, demikian nama dua penari itu, adalah siswa Sekolah Luar Biasa Yayasan Mulat Sarira Wonogiri. Mereka kami ajak bersama untuk menyambut Ramadan yang hampir tiba, kata pelatihnya, Hendra Pri Hoetama.
Menurut Hendra, hanya butuh waktu satu bulan untuk melatih dua siswinya itu membawakan Tari Merak. Itu pun tidak terlampau intensif. Mereka berdua cukup berbakat dan sangat cerdas, ujarnya.
Tarian yang cukup elok tersebut tampil sebagai pembuka dan kegiatan Semarak Ramadan Balekambang. Kegiatan yang akan berlangsung lima hari itu diisi dengan berbagai kegiatan, yang berhubungan dengan Ramadan.
Menurut Kepala Taman Balekambang, Endang Sri Mulyani, kegiatan tersebut baru pertama kali diselenggarakan. Kami ingin mengajak anak-anak mempersiapkan diri menyambut Ramadan, kata Endang.
Selama lima hari mereka akan menggelar acara, seperti festival musik sahur, lomba fashion show muslim cilik, lomba dai cilik, dan lomba nasyid. Hari ini khusus untuk lomba dai cilik yang diikuti 30 peserta, Endang menjelaskan.
AHMAD RAFIQ