TEMPO Interaktif, Jakarta -Aula konser Taman Budaya Yogyakarta bergetar. Konser Langit Merah Putih yang digelar Sirkus Barock pada Rabu (25/5) malam itu tak mampu menahan penonton untuk tak berjingkrak mengikuti irama musik yang dimainkan.
Penampilan grup musik cadas yang dimotori Mochammad Djohansyah alias Sawung Jabo benar-benar menghipnotis seribuan lebih penonton yang hadir, baik yang duduk di kursi penonton ataupun lesehan di bawah panggung. Sejak lagu pertama dilantunkan, gemuruh tepuk tangan penonton terus membahana. Bahkan saat satu persatu awak Sirkus Barock memperkenalkan diri. “Nama saya Djohansyah dan berubah menjadi Sawung Jabo di Jogja,” kata Jabo.
Sirkus Barock didirikan pada 1976. Kini, awaknya berganti wajah baru. Setelah ditinggalkan Innisari dan Nanoe sebagai penabuh drum dan pemetik bass, Jabo mengggandeng Joel Tampeng (gitaris), Ryan Zanuardi (gitar), Bagus Mazasupa (keyboard), Endi Baroque (drum), Sinung (bas), Ucok Hutabarat (biola), Denny Dumbo dan Verri Pramu (perkusi dan musik tiup), serta Risgiana Sudaryono (backing vokal).
Dalam formasi baru itu, Jabo tetap mempertahankan kolaborasi dengan Toto Tewel, gitaris formasi Sirkus Barock lama, yang malam itu mengenakan kostum hanoman. Dulu, dari Sirkus Barock inilah lahir grup musik besar lain di Indonesia: Swami, Kantata Takwa dan Dalbo.
Ada 17 lagu yang dilantunkan dalam pementasan ketiga dalam tur Langit Merah Putih yang sebelumnya juga digelar di Jakarta dan Bandung. Semuanya lagu lama, seperti Goro-Goro, Bongkar, Kuda Lumping, dan Jula-Juli Anak Negeri. “Kenapa ada lagu baru kalau yang lama masih relevan,” kata Jabo.
Histeria massa yang menonton tak terbendung saat lagu Bento, Badut dan Hio dinyanyikan. Apalagi, dari atas panggung, Jabo mempersilahkan penonton untuk berdiri dan ikut berjingkrak. Koor massa yang bernyanyi bersama sambil menari itu pun tak terelakkan lagi.
Suasana kian panas saat sejumlah personel bergantian mendemonstrasikan permainan musiknya. Dari keyboard, biola, masing-masing gitaris hingga jinbe yang diikuti tepukan tangan penonton. Puncaknya, saat Toto Tewel yang telah larut dalam permainan melemparkan gitar yang dimainkan ke depan panggung.
Bagi penggemar Sirkus Barock, pementasan malam itu adalah penawar kerinduan. Di bawah panggung, seorang lelaki dewasa dengan tubuh masih dibalut pakaian kerja dan bersepatu pantofel tampak larut dalam lagu-lagu yang dimainkan. “Benar-benar mantap,” katanya. Sambil terus menggoyangkan kepala, matanya tak pernah lepas dari sang idola.
ANANG ZAKARIA