"Saya sebenarnya ingin membeli tiket kelas festival, tapi katanya sudah habis. Saya terpaksa membeli kelas gold," ujar Hafsani, mahasiswi Jurusan Sastra Inggris Universitas Hasanuddin yang ditemui setelah membeli tiket pementasan I La Galigo di kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Makassar kemarin. Tiket gold dijual seharga Rp 150 ribu.
Kekecewaan yang sama diutarakan oleh Amriani. Ia bersama beberapa orang lainnya akan membeli tiket, tapi petugas mengatakan tiket sudah habis. Andi Gunawan M. Astari, anggota staf dinas pariwisata yang melayani pemesanan tiket, mengatakan di kantornya hanya tersedia 350 lembar tiket yang terdiri atas 200 lembar tiket gold dan 150 lembar tiket titanium. Sebelumnya, panitia menyebutkan, dari 1.200 tiket yang tersedia, 750 tiket terjual habis di Jakarta.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar, Rusmayani Madjid, saat dihubungi mengatakan Makassar memang tidak mendapatkan jatah tiket kelas festival. "Cuma ada di Jakarta," ujarnya. Pada hari pertama penjualan tiket kemarin, 108 lembar tiket telah terjual dan tiket hanya tersedia di dinas pariwisata.
Selain terbatasnya jumlah tiket, Amriani mengeluhkan minimnya sosialisasi. Tapi, Gunawan menampik hal itu dan mengatakan sosialisasi telah dilakukan dengan pemasangan baliho di sembilan titik mulai kemarin. Pamflet juga disebarkan di sejumlah hotel, restoran, dan perusahaan. Animo warga untuk menonton pementasan ini, kata Gunawan, cukup tinggi. "Mereka yang kehabisan tiket di Jakarta bahkan meminta keluarganya yang ada di sini untuk dibelikan," ujarnya.
Ketua Kerukunan Keluarga Luwu, Buhary Kahar Muzakkar, yang juga Ketua Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan berharap pementasan I La Galigo ditangani Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. "Bahkan saya berharap pementasan berikutnya tidak lagi di Makassar, tapi di tanah Luwu," katanya. Apalagi pementasan karya sutradara Robert Wilson ini memang diangkat dari epik Sureq Galigo yang berasal dari Luwu.
Pementasan yang akan diselenggarakan di Fort Rotterdam, Makassar, itu rencananya dihadiri 10 menteri, duta besar, dan kalangan pejabat. Pementasan di Makassar, yang diprakarsai oleh Tanri Abeng, seorang pengusaha dari Sulawesi Selatan, dilaksanakan oleh tim kreatif dari Change Performing Arts (Italia) dan Bali Purnati (Indonesia), serta dukungan Pemerintah Kota Makassar.
SUKMAWATI | ARDIANSYAH RAZAK BAKRI