Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Saat Burung Kertas Membawa Kartu Pos

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Yogyakarta - “Semangatlah kawan, aku akan menolongmu.” Kalimat itu ditulis Nasywa Hikmati, siswa kelas 1 Sekolah Dasar di Yogyakarta, di atas selembar kertas warna kuning seukuran kartu pos. Di balik kertas, dia gambar gunung dan matahar pagi. Hari yang cerah.

Bersama puluhan anak sebaya, Nasywa menjadi peserta aksi melukis yang ditujukan bagi anak-anak korban bencana tsunami Jepang di pelataran Taman Budaya Yogyakarta, Minggu (20/3) pagi. Mereka memang kanak-kanak. Namun, telah mampu berempati untuk korban bencana, khususnya untuk anak seusia. “Ini (gambar dan pesan yang digambarnya) untuk mereka (anak-anak korban tsunami di Jepang,” kata dia.

Bukan hanya Nasywa yang menujukan empati di selembar kertas. Kalimat senada juga ditulis Nadya, siswa kelas II Sekolah Dasar. “Teman-temanku di Jepang, jangan bersedih.” Bocah yang bertempat tinggal di Jakarta itu kebetulan sedang berlibur ke tempat neneknya di Yogyakarta. Pagi itu, sekaligus dia sempatkan ikut dalam acara Art For Children (AFC) di Taman Budaya Yogyakarta itu.

Koordinator acara, Eko Nuryono mengatakan acara itu merupakan bentuk keprihatinan terhadap bencana tsunami di Miyagi, Jepang. Awalnya, sempat terjadi perdebatan, bentuk bantuan apa yang akan diberikan. Gamang. Mau membantu dalam bentuk teknologi dan sumber daya manusia, Jepang justru dianggap lebih siap menghadapi bencana dengan teknolog canggih dibanding Indonesia. “Mau bantu dana pun,” kata dia, “Jepang lebih kaya.”

Namun, lanjut dia, bantuan tak harus berupa materi. Moral pun bisa menjadi bantuan yang sangat berarti di tengah bencana melanda. “Jadi, ya ini bentuk bantuan kami,” kata dia.

Tak hanya membuat agenda melukis dan menulis pesan, di bagian lain di pelataran Taman Budaya Yogyakarta juga digelar acara melipat seribu kertas (seni origami) asli Jepang yang juga diikuti puluhan peserta. Baik anak-anak maupun orang dewasa. Bersama “burung kertas” origami itu, gambar dan pesan yang dibuat anak-anak itu akan dikirim ke Jepang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Eko, setalah diterjemahkan dalam bahasa Jepang, pesan yang ditulis anak-anak itu akan dipajang di sebuah gedung yang menjadi “Taman Budaya” di Miyagi Jepang. Kebetulan, Makoto –seorang mahasiswa Jepang yang sedang menyelesaikan studi di Universitas Gadjah Mada- bersedia menghubungkan dengan pihak disana. “Sekarang, tempat itu menjadi salah satu pusat penampungan pengungsi di Jepang,” kata dia.

Momo Ohishi, seorang mahasiswa asal Jepang yang sedang menyelesaikan studi tari di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, mengaku ada sedikit keraguan, gambar dan pesan anak-anak itu tak sampai di Jepang. “Karena kondisi di sana belum jelas juga,” kata dia. Namun demikian, sebagai seorang warga Jepang di tetap senang dengan sumbangan moral yang diberikan anak-anak itu.

Menurut dia, origami lebih dari seni melipat kertas berbentuk burung. Namun sekaligus warisan tradisional. Secara filosofis, kata dia, burung thuru –bentuk burung origami itu- adalah sebuah pengharapan. Seratus burung origami yang dibuat dipercaya mampu menerbangkan pengharapan sesorang. “Jadi doa,” kata dia. Semoga.


Anang Zakaria

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

34 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

40 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.