TEMPO Interaktif, Bali - Seorang penari bergerak luwes kala bulan purnama. Ia menciptakan angin dan ombak. Sepintas pula tampak seperti astronot yang mengambang karena kehilangan gravitasi. Tapi bagian paling menarik adalah di muka dan kepalanya yang hanya berupa sebuah ruang hitam belaka.
Kaung Su, pelukis kontemporer asal Myanmar, menyebutnya sebagai isyarat, betapa sulitnya menebak dunia dalam pikiran manusia. “Selalu ada sisi yang tak tereskspose tapi pasti ada yang disembunyikan,” ujarnya. Begitulah Kaung melihat orang-orang di sekitarnya. Mereka saling memandang dan berinteraksi tetapi sekaligus saling menyembunyikan dan bermain rahasia.
Karya-karya itu adalah bagian dari karya 6 pelukis dari Myanmar yang kini dipamerkan di Tanah Tho Galery Lodtunduh Ubud. Dalam pameran bertajuk “Ongoing Echos #2”, yang akan berlangsung hingga 19 Maret, itu karya mereka- Aye Ko, Kaung Su, Hein Thit, Sandar Kaing, Kyu Kyu dan Mazun Ei Phyu- disandingkan dengan karya 6 pelukis Indonesia. Keenam pelukis Indonesia itu Antonius Kho, Nyoman Sujana Kenyem, Ronald Apriyan, Bahtiar Dwi Susanto, Heri Purwanto, dan Lugas Syllabus.
ROFIQI HASAN