Iwan pertama kali tertarik memainkan alat musik ini saat belajar gitar klasik di Willamette University, Oregon, Amerika Serikat, pada 1989. Ia mengenal gitar harpa dari gurunya, John Doan.
Saat berada di Amerika, kakak pemetik harpa Maya Hasan itu sering membuat komposisi orkestra yang ditampilkan di sana. Anak keempat dari lima bersaudara ini juga pernah menjadi salah satu semifinalis Portland Classical Guitar Competition di Amerika pada 1991.
Setelah lulus sebagai mahasiswa terbaik di angkatannya dan mendapatkan penghargaan Outstanding Musik Student Award, Iwan kembali ke Indonesia. Pada 1996, ia membentuk kelompok musik Discus, yang memiliki basis penggemar antara lain di Italia, Prancis, Swiss, Jerman, Amerika, dan Meksiko. Kelompok musik techno progressive jazz rock ini sering manggung di negara-negara tersebut.Total 23 album telah dirilisnya. Namun ayah empat anak ini keluar dari grup itu setelah salah satu personelnya, Anto Praboe, meninggal pada 23 Mei lalu. "Bagi saya, Discus tidak lengkap tanpa Anto," kata pria kelahiran Hong Kong, 11 Desember 1967, ini.
Proyek terbaru Iwan saat ini adalah menggarap chamber jazz, yang jumlah pemainnya tak banyak. Mereka yang terlibat dalam jazz kamar ini antara lain Andien (vokal), Enggar Widodo (tuba), dan Metta Legita (piano/menggantikan Mery Kasiman). Chamber jazz yang dipimpinnya itu pada 7 Agustus lalu manggung di Teater Salihara. Meski pilihan utamanya adalah jazz, Iwan juga pernah menggarap orkestra untuk album Ungu dan ST 12. Pengamat musik Denny Sakrie menganggap Iwan sebagai komposer yang hebat. "Dia membuat komposisi musik tanpa alat musik," kata Denny. Namun, ia melanjutkan, Iwan bukanlah musisi yang menggantungkan nafkahnya dari musik. Sebab, ia punya perusahaan perkebunan milik keluarga. "Jadi dia ada di zona aman," kata Denny.FANNY FEBIANA