Kapoor memang tak selamanya menggunakan badut sebagai media berkomunikasi di atas pentas. "Namun, saya memilih badut dalam Hamlet karena ingin membawakan sesuatu yang berbeda di luar garis linier sebuah karya besar," katanya.
Seniman yang lahir pada 1961 itu mengawali karirnya sebagai seorang sutradara pada 1995 lewat film Tarana. Dia pun menjajal nikmatnya menjadi seorang penulis, lalu beralih sebagai aktor film pada 2001 dalam debut Dil Chahta Hai.
Teater baginya adalah sebuah ruang yang selalu menariknya kembali. "Ini sangat adiktif," katanya. Anggota pendiri Chingari, salah satu kelompok teater tenar di Delhi, ini mengaku telah kepincut dengan teater sejak kuliah. Ia pernah terlibat dalam berbagai produksi teater, seperti Waiting for Godot karya Samuel Becket dan dua drama Jean Genet, The Maids dan Deathwatch. "Boleh dibilang, dunia film adalah cinta pertama saya, tapi setelah teater," katanya.
Hingga kini ia masih teringat saat tur teater pertamanya ke negara-negara dalam lakon yang dibawanya, C for Clown. Ceritanya berkisah tentang dramatisasi kehidupan seorang rombongan badut. "Dibawakan dalam bahasa Inggris yang penuh dengan banyolan," katanya.
Aguslia Hidayah