Walau terkesan cukup rumit, garis-garis manualnya tampak sederhana. Itulah Fish karya Agustian Inayatulloh. Di kalangan bomber atau grafiti writer, namanya lebih dikenal sebagai Astronautboys.
Rekannya sesama pencoret dinding kota, Hendra Rachtomo alias Racht4, menjajal karya tiga dimensi. Put the Finger On dan Get of the Ground, misalnya, mengangkat rumah-rumah model dari kayu yang melayang di antara awan. Pernik kayu-kayu lapuk mengelilingi seperti bingkai.
Sesaat meninggalkan dinding kota, sekelompok pembuat grafiti dan art street di Bandung, Flagrant Act of Bombing (FAB) mencoba beralih media dan mengembangkan sejumlah karya seni rupa. Ada yang membuat instalasi makam, menggambar karikatur di kertas panjang, serta melukis. "Lagi ingin coba yang lain," kata Cesarsyah Ardjil di sela pameran bertajuk Family Matters di Galeri Kita, Bandung, Jawa Barat, yang berlangsung 31 Juli hingga 7 Agustus kemarin.
Cesar yang memakai nama samaran Cheztwo sendiri melukis seorang anak yang sedang menulis. Tapi karya gambar komikalnya dalam bentuk cetak digital, tak jauh dari dunia malamnya. Pada gambar berjudul The Preparation, misalnya, penggemar komik dan karya-karya Banksy itu menampilkan seorang pembuat grafiti yang sedang menyiapkan segala peralatan termasuk penutup wajah.
Terlihat hanya Shake, nama grafiti writer bagi Rivaldy Edywar, yang sulit melepaskan suasana jalanan. Lulusan Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia itu sampai harus menggotong dinding buatan untuk menuangkan gaya grafiti liar. "Ini bukan pameran grafiti," kata kurator Morgue Vangard atau biasa dipanggil Ucok.
Peringatan senada seperti itu terpampang begitu pintu masuk galeri dibuka. Menurut mantan bomber grafiti era 1996-2000 tersebut, mereka tidak sedang memindahkan jalanan ke dalam galeri. "Street art tetap harus di jalan," katanya.
Meski begitu, 9 anggota FAB memang tak bisa melepaskan teknik dan media grafiti sepenuhnya dalam pameran perdana ini. Steoroflow, Cheztwo, Skeed, Pope, OlderPlus, Sixty, Astronautboys, Racht4, dan Shake, menurut Ucok, ingin menguji media dengan kemampuan mereka selain membuat grafiti di jalanan.
Kali ini mereka mengebom dinding galeri. Setelah itu kembali lagi ke dinding jalan. "Sekarang juga mau bikin grafiti di dinding samping Paskal Hypersquare," kata Cheztwo. Sebagian anggota FAB lainnya kembali ke rutinitas harian sebagai mahasiswa, desainer distro, atau menggambar untuk website.
ANWAR SISWADI