TEMPO Interaktif, Jakarta - Enam tahun menghilang, grup rock asal Semarang, Powerslaves, kembali lagi. Dengan armada lengkap dan “senjata” baru, band yang digawangi Heidy (vokal), Anwar (bass), dan Acho (gitar), ini punya dua personel cabutan, yakni Firdy (drum) dan Robby (gitar).
Dengan formasi segar, Powerslaves hadir dengan album terbaru bertajuk Jangan Kau Mati dengan single hits bertajuk serupa. "Kembalinya kami bukan tergoda melihat band-band baru yang meraih popularitas, tetapi sebagai bentuk kerinduan dalam bermusik," kata Heidy, vokalis Powerslaves, ketika ditemui Tempo di Studio ARCI, Menteng, Kamis lalu.
Sejak melepas album kelima bertajuk Gak Bisa Mati (2004), personel Powerslaves “bercerai” karena kesibukan masing-masing. Heidy sendiri bekerja pada sebuah majalah anak-anak. "Suatu ketika muncul keinginan di hati saya untuk nge-band lagi. Ternyata keinginan itu menjadi doa," ujarnya. Tiba-tiba Anwar dan Acho menghubungi Heidy. Dari situlah kemudianPowerslaves kembali menyatukan kekuatan.
Anwar pun mengakui, tak ada ekspektasi hebat terhadap kemunculan kembali ini. “Saat ini memang bukan era kami lagi. Ya, kalau untuk mengulang sejarah pastinya sudah nggak mungkin,” kata Anwar.
Setelah peluncuran, Powerslaves pun bakal tur keliling Jawa untuk bertemu dengan para fanatiknya. Agustus nanti, mereka akan menggelar pertunjukan solo di Jogjakarta, Solo, Purwokerto dan Semarang. "Setelah Lebaran, show kami lanjutkan di beberapa daerah lagi," ujarnya.
Powerslaves dibentuk pada 1991 di Semarang, Jawa Tengah. Band yang mengusung musik rock 'n roll dan blues ini, diawaki oleh Heidy (vokal), Kolem (gitar), Randy (gitar), Vidi (drum) dan Wiwik (keyboard). Lalu, personel berganti. Masuk Anwar Fatahillah (bass) dan Acho Jibrani (gitar).
Aguslia Hidayah