TEMPO Interaktif, Bandung-Denting senar harpa melantunkan lagu What a Wonderful World. Di panggung, sepasang suami istri berjalan mondar-mandir antara meja makan dan dapur. Keduanya telah renta dan kedinginan. Untuk menghangatkan tubuh, mereka melakukan senam kecil sambil menyanyikan lagu kenangan.
Begitulah keduanya mengisi hari itu ketika musim salju. Mereka sudah tak mampu keluar rumah karena kondisi fisik yang telah uzur. Bahkan untuk memastikan tetangga sebelah yang meninggal, sang istri cuma bisa menelepon ke rumah duka. Mengambil setting ruangan di dapur dan ruang makan, sekecil itu pula sepertinya dunia mereka di usia tua.
Drama berjudul Yang Tersisa garapan Studiklub Teater Bandung itu membuka acara Pertemuan Teater Bandung di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, 15-17 Juli 2010. Kelompok teeater yang kerap memainkan teks terjemahan itu, kali ini mengadaptasi karya Serge Mercier yang ditulisnya pada 1976 dan pernah dimainkan berkeliling dalam festival teater d'Avignon pada tahun yang sama.
Sutradara Ria Ellysa Mifelsa yang menggarap drama realis sekitar 80 menit itu hanya mengambil beberapa babak. Pemainnya pun cukup tiga orang, yaitu tukang pos dan sepasang suami istri yang diperankan apik oleh dua aktor senior STB, yaitu Gatot WD dan Yati Suyatna Anirun. "Dialog mereka seperti orang ngobrol biasa saja," kata Mat Don, salah seorang penonton.
Pementasan yang dipersembahkan untuk mengenang almarhum dramawan Suyatna Anirun itu berkisah tentang sebuah keluarga di Prancis. Sepasang suami istri tua, hidup gelisah di perangkap waktu. Menjelang ajal yang tak pasti kapan, mereka merindukan bisa berkumpul bersama anak-anak mereka.
Kedatangan tukang pos pemabuk yang mengantar sepucuk surat, akhirnya menjawab harapan besar itu. Tak seorang pun anak mereka yang bisa datang untuk berkumpul karena berbagai alasan.
Bagi Studiklub, tema kasih sayang dalam keluarga tak akan pernah basi untuk ditampilkan. Walau diselingi humor, cukup banyak dialog yang melebar ke gosip tetangga. Akibatnya cerita agak membosankan dan penonton pun kurang mengenal keluarga termasuk sosok anak-anak pasangan tua itu hingga keduanya sangat ingin berkumpul. Mungkin jika konflik dalam keluarga itu lebih mengemuka, cerita tak berjalan datar.
ANWAR SISWADI