TEMPO Interaktif, Jakarta -Laura Basuki, 22 tahun, awalnya sempat menolak tawaran bermain dalam film 3 Hati Dua Dunia Satu Cinta, yang mulai tayang 1 Juli lalu. "Filmnya kontroversial," Laura memberi tahu alasannya saat dijumpai di Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis lalu.
Kesimpulan dini Laura itu lantaran produser tidak memberikan skenario utuh kepadanya. Walhasil, Laura menganggap film itu akan berakhir dengan konflik antara dia dan Rosid, pacarnya, serta keluarga mereka.
Baru setelah produser menjelaskan bahwa film ini berbau netral dan ia diberi skenario utuh, Laura luluh. Dia menerima peran Delia, gadis Katolik taat yang berpacaran dengan Rosid (Reza Rahardian), muslim keturunan Arab. Untuk meyakinkan keputusannya, Laura meminta pertimbangan sang ibu, Thi Kieu Tien Basuki. "Mama setuju," katanya.
Menurut Laura, film keduanya ini mewakili Indonesia yang sangat pluralis. "Tidak mungkin didapatkan di Amerika atau Timur Tengah," kata dara berwajah segar ini. Keunikan inilah yang menariknya memerankan sosok Delia. Apalagi para pemainnya tergolong aktor mumpuni. "Saya merasa tertekan," ujarnya.
Memang, dibanding para pemain lain, Laura paling minim pengalaman berakting di depan kamera. Dia baru bermain di film Gara-Gara Bola besutan Nia Dinata dua tahun lalu. Itu pun sebagai peran pembantu. Tapi film itu sudah mengantarnya meraih dua penghargaan di Indonesian Movie Award 2009 sebagai Pendatang Baru Terbaik dan Pendatang Baru Terfavorit.
Main film merupakan pengalaman lain diperoleh Laura selain dari pekerjaannya sebagai bintang iklan dan bintang video klip musik. "Lumayan, melatih berani di depan kamera," katanya.
Laura sempat minder lantaran tidak memiliki pengalaman bermain teater. "Kebanyakan aktor berawal dari (main) teater," katanya mengakui. Beruntung ia memiliki lawan main yang mau mengajari dan memberi nasihat seperti Rasyid Karim. "Seorang aktor belajar seumur hidup bukan di teater saja," ujar Laura menirukan Rasyid.
Nasihat itu memberikan ketenangan dan semangat kepada Laura. Hasilnya, ia terlihat makin oke di film itu. Dia mampu membangun suasana romantis dengan Rosid meski tanpa adegan pegangan tangan, berpelukan, apalagi berciuman.
Dalam film ini, Laura merasakan adegan tersulitnya adalah saat menangis. Bukan bagaimana cara membuatnya menangis, melainkan, "Setelah syuting selesai, saya enggak bisa berhenti menangis," ujarnya tertawa.
Meski dinilai sukses, Laura merendah. "Skenarionya yang bagus," katanya. Persiapan sebelum syutinglah yang menyebabkan film ini berjalan lancar. "Semua pemain berlatih bersama agar satu visi," ujar pemandu acara Piala Dunia 2010 di RCTI yang juga penggemar klub sepak bola Barcelona ini.
Persiapan itu dimanfaatkannya untuk mengolah bakat aktingnya. "Saya belajarnya otodidak," ujar Laura, yang berdarah campuran Indonesia-Vietnam. Soal jenis film, ia masih mempertimbangkan cerita dan siapa sutradara filmnya. "Tidak untuk film hantu dan komedi seks," Laura menegaskan.
Kegandrungannya kepada seni peran tidak membuat Laura mengambil segala bentuk pekerjaan di bidang ini. "Sinetron enggaklah, hanya kejar tayang," katanya. Menurut Laura, bermain sinetron membutuhkan stamina kuat. Inilah kelemahannya. Laura menilai, jika lelah, dia kesulitan bermain.
Meski sedang mendapat banyak pekerjaan di dunia hiburan, Laura tak yakin kariernya berjalan panjang. Maka dia tetap menyiapkan "amunisi" masa depannya, yakni kuliah di Jurusan Ekonomi Bisnis Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. "Saya sedang (membuat) skripsi," ujarnya.
Laura menilai, usia seorang aktor tidak bisa diprediksi. Meski tidak punya target sampai kapan akan berkarier di dunia hiburan, ia telah siap jika harus pindah haluan. "Mungkin kerja kantoran." Laura menyadari kompetisi di dunia hiburan amat ketat.
Masuknya dia ke dunia hiburan tak direncanakan. "Semua serba tidak sengaja," katanya. Saat liburan sekolah menengah atas lima tahun lalu, Laura diajak temannya ikut kursus model dan kepribadian. Pendidikan kilat ini mengubah karakternya dari pemalu menjadi berani. "Dulu enggak mau difoto, sekarang banci kamera," kata Laura, yang lahir di Berlin, Jerman, ketika ayahnya kuliah di negara itu.
Sejak itu Laura banyak mengikuti audisi model iklan. Nasib baik menghampirinya. Tawaran pemotretan kerap datang hingga fotonya diminati oleh Nia Dinata, yang mengajak dia bermain film.
Akbar Tri Kurniawan
Biodata
Nama: Laura Basuki
Tempat dan tanggal lahir: Berlin, 9 Januari 1988
Orang tua: Wibowo Basuki dan Thi Kieu Tien Basuki
Status dalam keluarga: sulung dari dua bersaudara
Pekerjaan: bintang iklan dan klip video, pembawa acara, aktor
Pendidikan:
l SMA Don Bosco, Jakarta (2003-2006)
l Jurusan Ekonomi Bisnis Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta (2006-sekarang)
Filmografi:
- Gara-Gara Bola (2008)
3 Hati Dua Dunia Satu Cinta (2010)
Penghargaan
- Pendatang Baru Terbaik Indonesian Movie Award (2009)
- Pendatang Baru Terfavorit Indonesian Movie Award (2009)