Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Miss Tjitjih yang Tertatih-tatih  

image-gnews
Pagelaran drama
Pagelaran drama "Si Manis Jembatan Ancol", di gedung pertunjukkan Miss TjiTjih, Jakarta. (TEMPO/JACKY RACHMANSYAH).
Iklan
TEMPO Interaktif, Layar penutup panggung masih tertutup rapat lantaran pertunjukan belum juga dimulai. Tapi para penonton, yang didominasi anak-anak dan masyarakat sekitar, sudah sangat ribut menyesaki. Di bilangan Cempaka Baru, Jakarta Pusat, gedung pertunjukan Miss Tjitjih masih berdiri meski pernah mengalami kebakaran hebat pada 1997.

Sabtu malam dua pekan lalu, teater rakyat Miss Tjitjih kembali menggelar pentas lakon-lakon lawasnya. Pertunjukan itu dibuka untuk umum dan gratis. "Biasanya ada tiket masuk. Saat ini dibuka gratis setelah tahun lalu terakhir kita pentas," kata pemimpin sandiwara Miss Tjitijih saat ini, Maman Sutarman, seusai pertunjukan.

Lakon Si Manis Jembatan Ancol, yang dipentaskan malam itu, cukup membuat para penonton terhibur meski sesekali mengundang ribut sebagian anak-anak. Begitu adegan mulai seram, mereka terdiam. Apalagi saat boneka pocong tiba-tiba beraksi, banyak dari mereka ternganga. Lalu, yang tersisa hanya gemuruh suara penonton ketika pocong melesat hilang dengan cepat.

Ya, malam itu sandiwara rakyat Miss Tjitjih seperti tengah bangkit kembali. Sandiwara rakyat ini didirikan 82 tahun silam oleh Sayid Abdullah Bafagih, yang pada 1916 telah mendirikan Opera Falansia. Adapun Miss Tjitjih adalah seorang primadona sekaligus istri Abdullah.

Sejak 1928, perkumpulan Miss Tjitjih menetap di sebelah bioskop Rivoli, Kramat Raya, Jakarta Pusat. Mereka juga memiliki jadwal tetap mengadakan pertunjukan di Pasar Baru hingga tempat ini tutup pada 1936. Sandiwara rakyat ini juga pernah berpindah ke daerah Muara Angke, dan terakhir ke daerah Cempaka Baru hingga saat ini.

Miss Tjitjih selalu mementaskan lakon horor. Genre itu seolah telah melekat pada sandiwara rakyat tersebut. Sejumlah lakon horor yang acap mereka pentaskan antara lain Beranak Dalam Kubur, Sepatu Setan, Rambut Setan, dan Kuntilanak Warung Doyong.

Setiap pementasannya laris manis dikunjungi penonton. Dengan harga tiket Rp 200 pada 1970-an, setiap malam Minggu dan malam Senin mereka mampu mengumpulkan Rp 100-130 ribu dari tiket menonton saja. Memang, kalau hujan mengguyur, penonton biasanya sepi, apalagi pada saat digelar razia kartu tanda penduduk.

Tak dipungkiri, genre horor yang mereka usung sudah tak populer lagi. Apalagi sandiwara rakyat semacam itu sudah kalah pamor dibanding teater modern, seperti teater Koma, Mandiri, dan Tanah Air. "Kami tetap akan melakonkannya. Miss Tjitjih itu sudah identik dengan horor. Penonton selalu menanyakan itu," ujar Mang Esek, panggilan akrab Maman.

Galibnya teater rakyat lainnya, Miss Tjitjih juga menitikberatkan pertunjukan pada improvisasi. Tak ada harga mati untuk teks dialog. Segala sesuatunya berkembang dengan sendirinya di atas panggung, karena para pemain sudah matang dan memperoleh kekuatan masing-masing. Pengadeganan memang tak kalah, tapi tata panggung yang disajikan kalah jauh dibanding teater modern.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Teknik panggung yang sangat sederhana masih dipertahankan sandiwara rakyat ini. Misalnya teknik black out, mematikan lampu panggung yang hanya sekejap sebagai efek menghentikan waktu, saat adegan hantu yang berganti rupa atau menghilang. "Kami tertolong oleh set panggung. Kalau tidak ada set, pemain harus berlari sepanjang 15 meter," kata Mang Esek.

Mang Esek menyatakan keterbatasan dana menjadikan teknik panggung mereka tak bisa sekaya teater modern saat ini. Rencananya, mereka bekerja sama dengan Asosiasi Teater Jakarta Pusat (ATAP). Belum ada latihan rutin memang. Mereka akan saling tukar informasi dan pengalaman agar teater itu menjadi lebih baik.

Begitulah. Menurut Mang Esek, dulu mereka dapat mengumpulkan sekian banyak uang hanya dari penjualan tiket. Kini, setiap pertunjukan, kalau dipukul rata biasanya hanya 20 penonton dengan harga tiket Rp 10 ribu. "Kami tetap main. Mereka sudah bayar," ujarnya.

Memang mereka masih rutin pentas sebulan sekali, meski tahun ini sempat terhenti. Jika dana dari pemerintah daerah segera turun pada Juli mendatang, Miss Tjitjih telah membuat jadwal untuk menggelar pentasnya sepekan sekali. Gedung pertunjukan itu tak hanya digunakan untuk sandiwara Miss Tjitjih. Mereka juga bergantian dengan pementasan wayang orang Bharata.

Kaderisasi juga menjadi kendala mereka. Menurut Mang Esek, meski para pemain telah difasilitasi permukiman di belakang gedung pertunjukan, mereka tak lantas bisa berkonsentrasi penuh dengan teater itu. Mereka, yang berjumlah sekitar 25 orang, harus berbagi waktu dengan pekerjaan lain. Ada yang menjadi pegawai negeri, ada juga pegawai kantor. "Kalau tidak begitu, dapur kami tak mengepul," ujarnya.

Ya, Miss Tjitjih pernah menjadi besar dan begitu masyhur pada masanya. Tapi, seperti pepatah, nasib mereka kini, mati enggan hidup tak mau. Hanya orang-orang yang memang memasrahkan hidupnya untuk teater itu yang mampu menghidupkannya. "Tak bisa mungkir, kesenian tradisi makin kurang digemari," kata Mang Esek.



ISMI WAHID

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan

34 hari lalu

SMA Labschool Cibubur mengadakan pentas seni CRAVIER yang kini memasuki tahun ke-10. Tahun ini, CRAVIER digelar pada 27 Juli 2024 di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta. Foto: Istimewa
SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan

Acara tahunan SMA Labschool Cibubur akan mengusung tema lingkungan dalam kacamata anak muda di Cravier 2024.


Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

7 Desember 2023

Aktor Butet Kertaredjasa melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

Butet Kartaredjasa menyebut bahwa pementasan seninya diintervensi oleh pihak kepolisian karena larangan menampilkan satir politik.


HNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024

28 Juli 2023

Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid.
HNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024

Komunitas seni dan budaya, Sangkami mengusulkan pementasan seni dan budaya melibatkan para anggota MPR.


Ada Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan

25 April 2023

Pengunjung menyaksikan pertunjukan 'video mapping' di Tugu Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Minggu, 22 Desember 2019. Video mapping yang berdurasi 25 menit tersebut akan dilaksanakan hingga 31 Desember mendatang bertemakan Filosofi Tugu Monas, Relief dan Diorama Museum Sejarah Nasional, Pembangunan Ibu Kota Jakarta, Kebudayaan Betawi serta kehidupan Jakarta. ANTARA
Ada Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan

Rangkaian Monas Week menyuguhkan pertunjukan musik khas Idul Fitri serta Air Mancur Menari dan video mapping.


4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan

21 Januari 2023

Pertunjukan di acara puncak Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta, Malioboro Imlek Carnival di Yogyakarta, Sabtu 16 Februari 2019. TEMPO | Pribadi Wicaksono
4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan

Acara-acara itu tak sekadar untuk membuat meriah Imlek, tapi memiliki makna di dalamnya.


Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi

14 Desember 2022

Suasana destinasi wisata Tlogoputri, Kaliurang di lereng Gunung Merapi, Yogyakarta, masih sepi di masa PPKM Level 4. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi

Ada sejumlah agenda seni budaya yang akan kembali digelar di kawasan Kaliurang pada libur Natal dan Tahun Baru.


Dua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim

3 September 2022

Aksi panggung seniman lokal asal Kabupaten Bekasi di pentas Lebaran Yatim Bekasi yang digelar Dewan Kesenian Kabupaten Bekasi di Lapangan Kelurahan Wanasari, Kecamatan Cibitung, Jumat petang, 2 September 2022. Foto: ANTARA/Pradita Kurniawan Syah
Dua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim

Gabungan seniman Kabupaten Bekasi kembali manggung untuk memeriahkan Lebaran Anak Yatim setelah dua tahun terhalang pandemi


Siap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo

23 Maret 2021

Seniman dan seniwati Kulon Progo menampilkan Tari Sri Kayun. (ANTARA/Sutarmi)
Siap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo

Tari Sri Kayun dan fragmen Suroloyo Wrehaspati dibawakan oleh seniman Kulon Progo dan pegawai pemerintah daerah sebagai penari pendukung.


Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

20 Februari 2021

Tari Legong Semarandana dalam pertunjukan Budaya Pusaka Kita: Bangga pada Budaya Nusantara yang digelar Wulangreh Omah Budaya., Sabtu, 13 Februari 2021. Tempo/Inge Klara Safitri.
Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.


Produksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?

1 Desember 2020

Penampilan teater musikal
Produksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?

Tentu ada beberapa tantangan saat memproduksi pentas teater. Salah satu kendala utamanya adalah mencari cara agar pentas tetap dapat roh.