Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Meminang Musik Etnik Nusantara  

image-gnews
(TEMPO/ JACKY RACHMANSYAH)
(TEMPO/ JACKY RACHMANSYAH)
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kali ini bukan seperangkat alat musik Barat yang ditampilkan, meski salah satu repertoar yang dimainkan adalah musik klasik. Romance da Amor, sebuah lagu yang lazim dimainkan oleh instrumen gitar klasik, Rabu malam lalu dipentaskan secara unik di Balairung Sapta Pesona, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta.

 

Franki Raden mengaransemen ulang lagu itu dalam bentuk komposisi etnik sekaligus format orkestra: Indonesian National Orchestra (INO). Etnomusikolog yang pernah menjadi associate professor di York University, Toronto, Kanada, ini menjajalnya dengan seperangkat alat musik tradisional yang kesemuanya khas Indonesia. Sesuatu yang tak mudah dilakukan oleh 60 pemain tersebut, karena antara alat musik yang terlibat dan karakter lagu yang dimainkan memiliki tangga nada yang sangat berbeda.

 

"Ini tantangan saya sebagai komposer. Kita punya tradisi yang luar biasa," ujar Franki di sela gladi resik. Panggung pertunjukan di Balairung itu penuh sesak dengan alat musik etnik. Saling berderet, ada sasando, rebana, rebab, guzheng, kulintang, dijeridoo, dan sejumlah alat perkusi lainnya.

 

Komposisi instrumennya mirip orkestra Barat. Bagian string diwakili oleh rebab Betawi untuk menjangkau nada tinggi. Nada rendah diwakilkan oleh rebab Bali, yang dibuat khusus oleh seniman Bona Alit. Rebab ini bentuknya raksasa, dengan tinggi gagang fingering-nya sekitar 2 meter. Begitu juga alat tiup dan perkusi. Masing-masing instrumen mewakili format orkestra dasar seperti di Barat.

 

Persoalan mengadopsi lagu Barat dalam permainan alat musik etnik sungguh rumit. Pemain yang terlibat sebagian besar adalah maestro-maestro musik di bidangnya. Mereka tentu tak bersahabat dengan konsep musik tonal pada alat yang dikuasainya. Mereka harus memainkan lagu klasik dengan tangga nada diatonis tanpa mengubah sistem nada pada alat pentatonis.

 

Secara teknik memang sangat mungkin dilakukan. Tapi pemain akan sangat kesusahan untuk mempraktekkannya karena mereka harus mencari sendiri padanan nada itu, yang membuat letak penjarian menjadi tak beraturan.

 

Hasilnya? Tak dimungkiri, repertoar gubahan ini terdengar sangat terbata-bata. Teknik permainan yang sangat sulit menjadikan setiap kalimat melodi tak bersih dimainkan. Peran Franki sebagai konduktor menjadi sangat penting karena ia harus mengatur kapan instrumen-instrumen tersebut masuk dan mulai dimainkan. Mereka sama sekali tak memegang score. "Hanya mengingat. Metode oral mereka sangat kuat," ujar Franki.

 

Disadari oleh Franki, waktu yang sangat singkat untuk mempersiapkan konser ini hanya tiga bulan. Waktu ideal setidaknya butuh 1 tahun. Metode latihannya juga tak gampang. Dalam waktu sesingkat itu, Franki harus mendatangi satu per satu maestro masing-masing instrumen, bahkan melatihnya sendiri. Ia memberi gambaran bagaimana lagu yang akan dimainkan. Baru setelah itu ia memulai latihan menggabungkan semua instrumen dalam 12 hari terakhir. "Waktu yang sangat sempit," katanya.

 

Lain lagi dengan repertoar kedua. Berjudul Concerto for Indonesian National Orchestra, repertoar ini memang disuguhkan dengan warna etnik sesuai dengan karakter masing-masing instrumen. Sementara di musik Barat, satu lagu konserto digunakan untuk solo instrumen, di sini Franki menggabungkannya menjadi satu garapan besar yang disisipi oleh solo masing-masing instrumen.

 

Lagu dimulai dengan tabuhan beduk sebagai pembuka. Kemudian instrumen melodius menggantikan bagian itu dengan akor-akor panjang. Paduan suara dengan berbagai tingkat nada mendengungkan sebaris kalimat mantra. Lagu itu memang berkesan sangat magis. Solois Putu Sastrani Titaranti, pemilik vokal sopran, berduet dengan Anusirwan melakukan vocalizing kalimat etnik tanpa kata. Ada lagi Eni Agustien dengan instrumen guzheng, Liza Markus dengan kolintang, dan Muhammad Saat dengan suling.

 

Pada repertoar kedua ini, warna, karakter, dan alur komposisi lagu lebih terlihat etnik khas Indonesia. Setidaknya lagu ini lebih "terbaca" di telinga ketimbang harus mengadopsi tonalitas yang tak dikenali dalam musik etnik. Peran Franki juga lebih ringan. Ia hanya mengatur bagaimana melodi harus berganti ketika mood pemain sudah mulai menurun saat memainkan bagian itu.

 

Sayangnya, beberapa instrumen tak semuanya unjuk gigi. Sasando, misalnya, instrumen ini sama sekali tak berkesempatan untuk solo. Warna suaranya pun tak begitu terlihat. Bahkan antara instrumen satu dan lainnya juga minim dialog.

 

Mungkin itu persoalan karakter musik etnik masing-masing. Menggabungkan antara karakter Kalimantan dan Bali saja sudah susah. Inilah sebenarnya tantangan terbesar Franki sebagai seorang etnomusikolog yang mengerti betul karakter musik etnik secara mendalam sekaligus komposer yang lazimnya berkutat dengan penciptaan karya.

 

Ya, INO bisa jadi obsesi besar karena Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Yang jadi soal adalah jika keberagaman itu hanya dipandang sebagai tradisi, maka tak akan memberi kontribusi yang nyata dalam konteks perkembangan musik modern saat ini. Setidaknya Franki telah memperlihatkannya.

 

 

ISMI WAHID

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

23 menit lalu

Saycuan hotpot &bbq/Saycuan
Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina


North West Bakal Tampil di Konser Musikal The Lion King Disney

1 jam lalu

(dari kiri) Kim Kardashian dan anak sulungnya, North West. Foto: Instagram/@kimkardashian
North West Bakal Tampil di Konser Musikal The Lion King Disney

Dalam konser itu North West Heaher bergabung denagnHeadley, pemenang Oscar Lebo M, serta Jennifer Hudson


Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

1 jam lalu

Head Consumer Funding & Wealth Business Bank Danamon, Ivan Jaya, saat ditemui di Menara Danamon, Jakarta Selatan pada Rabu, 8 Mei 2024. Tempo/Annisa Febiola.
Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen


Tak Urus Sertifikasi Halal Sampai Oktober Mendatang, Pelaku Usaha Bisa Dapat Larangan Izin Edar

1 jam lalu

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) dan Badan Penyelenggara Jaminan Halal (BPJH) Kementerian Agama melakukan pemasangan plang sertifikasi halal dan stiker zona khas di ruko pedagang makanan laut di Pasar Kuliner Ujung, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada Rabu, 8 Mei 2024 malam. TEMPO/Desty Luthfiani
Tak Urus Sertifikasi Halal Sampai Oktober Mendatang, Pelaku Usaha Bisa Dapat Larangan Izin Edar

Kementerian Agama tengah menggodok pemberian sanksi untuk pelaku usaha yang belum melakukan sertifikasi halal. LPPOM MUI gencar fasilitas sertifikasi


UKT UIN Jakarta Naik, Ini Hal yang Jadi Pertimbangan Kampus

2 jam lalu

Ilustrasi wisuda. shutterstock.com
UKT UIN Jakarta Naik, Ini Hal yang Jadi Pertimbangan Kampus

Zaenal menyebut bahwa kenaikan UKT itu juga sudah diatur pada Keputusan Menteri Agama RI Nomor 368 tahun 2024 tentang uang kuliah tunggal.


Lupakan Keripik, Ini Alasan Anda Perlu Mengganti Camilan dengan Kismis

2 jam lalu

Ilustrasi Kismis Hitam/ANTARA/Shutterstock/Kriacho Oleksii
Lupakan Keripik, Ini Alasan Anda Perlu Mengganti Camilan dengan Kismis

Karena dibuat dari buah asli, kismis pun baik kesehatan karena mengandung tinggi serat yang baik buat pencernaan dan jantung


Dapat Bantuan Pengobatan dari Tantowi Yahya dan Ikke Nurjanah, Hamdan ATT Menitikkan Air Mata

2 jam lalu

Tantowi Yahya dan Ike Nurjanah saat menjenguk musisi dangdut, Hamdan ATT yang sakit. Foto: Istimewa.
Dapat Bantuan Pengobatan dari Tantowi Yahya dan Ikke Nurjanah, Hamdan ATT Menitikkan Air Mata

Menurut Tantowi Yahya, atas usul Ikke Nurjanah, donasi dari hasil lelang lukisan itu dipakai untuk membantu pengobatan Hamdan ATT yang terkena stroke.


3 Tips Efektif Jaga Keharmonisan Rumah Tangga

2 jam lalu

Ilustrasi suami sibuk main ponsel saat bersama istri. Foto: Freepik/Jcomp
3 Tips Efektif Jaga Keharmonisan Rumah Tangga

Komunikasi antar pasangan kerap menjadi tantangan. Simak 3 tips efektif jaga keharmonisan rumah tangga.


LRT Layani 10 Juta Penumpang Sejak Beroperasi Agustus Tahun Lalu

2 jam lalu

Rangkaian gerbong kereta Light Rail Transit (LRT) bersilang di stasiun LRT Setia Budi, Jakarta Selatan, Selasa, 23 April 2024. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) kembali mengoperasikan 308 perjalanan LRT Jabodetabek pada hari kerja (weekday) dan pada akhir pekan (weekend) dioperasikan 260 perjalanan per April 2024, terkait peningkatan jumlah pengguna LRT mencapai 1.339.810, dengan rata - rata harian pengguna mencapai 58 ribu, meningkat 6 persen.  TEMPO/Imam Sukamto
LRT Layani 10 Juta Penumpang Sejak Beroperasi Agustus Tahun Lalu

Pengguna tertinggi terjadi di bulan April 2024 sejak pertama kali LRT beroperasi, capai 1,4 juta penumpang.


Harga Emas Pegadaian Terbaru 8 Mei 2024

2 jam lalu

Harga Emas Pegadaian Terbaru 8 Mei 2024

Bagi masyarakat yang ingin membeli logam emas yang aman dan nyaman, butik Galeri 24 bisa menjadi solusi karena bagian dari anak perusahaan dari PT Pegadaian.