Menurut Ketua Panitia Konser Nuky Surachmat, konser tersebut merupakan bentuk keprihatinan terhadap kondisi masa depan pendidikan generasi muda di Sumatera Barat yang tak bisa sekolah karena sarananya masih banyak yang rusak akibat gempa.
“Acara kolaborasi para sukarelawan, artis, dan masyarakat ini diharapkan menjadi inspirasi bagi publik untuk kembali memperhatikan Sumatera Barat karena fase rehabilitasi pasca gempa merupakan tahap penanganan terpenting, terlebih bagi anak-anak usia sekolah,” kata Nuky, yang juga Advisor ACT (Aksi Cepat Tanggap) ini, menjelaskan.
Boleh dibilang, konser kemanusiaan itu termasuk langka, karena menghadirkan kolaborasi dua musisi berbeda aliran: Dwiki Dharmawan, pimpinan Dwiki Dharmawan Orchestra, dengan pelantun Hikmah dan Sholawat, Haddad Alwi. Sebelumnya, kedua musisi tersebut pernah menggelar konser kolaborasi pada 2000 bertajuk Love of the Messenger.
Selain Dwiki Dharmawan dan Haddad Alwi, sejumlah artis lain juga ikut memeriahkan konser tersebut. Mereka, antara lain, Fariz RM, Ita Purnamasari, Cynthia Lamusu, Hani Firiawan, Iwan Abdie, Paragita UI Choir, musisi Minangkabau Young Patapayan serta tokoh sastra Indonesia, Taufik Ismail, sebagai pembangkit semangat keperdulian para penonton untuk membantu para korban gempa di Sumatera Barat.
Untuk konser kali ini, Fariz RM khusus menciptakan sebuah lagu yang berjudul Menuju Cakrawala, yang dinyanyikannya dengan iringan Dwiki Dharmawan Orchestra. Lalu, Cynthia Lamusu hadir membawakan puisi berjudul Aku Ingin karya Supardi Joko Parmono, yang menceritakan bagaimana mencintai dengan sederhana.
Adapun musisi asal Minangkabau Young Patapayan melantunkan tembang Ai Mato di Ranah Minang (Air Mata di Ranah Minang) sebagai refleksi bencana gempa Sumatera Barat sekaligus mengajak para perantau asal Minang untuk turut peduli dengan kampung halaman mereka.
Yenny Shandra Dewi