TEMPO.CO, Jakarta - Sukarno atau Bung Karno merupakan tokoh berpengaruh sepanjang Indonesia merdeka. Sukarno menjadi Presiden Republik Indonesia pertama dan berbagai gelar yang disandangnya.
Selain itu, Sukarno juga merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927 dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Dilansir dari laman ANRI, pembelaannya tersebut membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Sukarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, Bung Karno kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Sebelumnya, Sukarno juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan, Sukarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok. Simak deretan buku tentang Sukarno berikut.
1. Nasionalisme, Islamisme, Marxisme
Buku ini berisi pemikiran-pemikiran orisinil Sukarno tentang berbagai hal, terutama menyangkut ideologi nasionalisme dan kemerdekaan. Buku ini merupakan terbitan IRCiSoD pada tahun 2021. Hasil pemikiran Soekarno dalam buku ini, yakni dulunya berlangsung dari 1928-1940 dan dimuat di berbagai surat kabar terutama Suluh Indonesia Muda dan Pikiran Rakyat.
Dilansir dari iPusnas, boleh dikatakan bahwa pikiran-pikiran dalam buku inilah yang menjadi salah satu haluan jejak perjuangan Sukarno dalam menentukan masa depan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan dan persatuan.
2. Islam Sontoloyo: Pikiran-pikiran tentang Pembaharuan Pemikiran Islam
Buku ini diterbitkan Seratpena pada Bandung 2010 kemudian Basabasi pada 2017 lalu dan isinya merupakan buah pikiran dari Sukarno. Selain dikenal sebagai Sang Proklamator, Presiden Pertama RI dan berbagai gelar yang disandangnya kemudian, Sukarno juga merupakan seorang pemikir dan intelektual Islam. Pikiran-pikirannya tentang pembaruan pemikitan Islam sangat berharga bagi khazanah pemikiran Islam di Indonesia.
Dilansir dari Perpusnas, Islam Sontoloyo dan beberapa tulisan lain yang ada dalam buku ini, merupakan pikiran-pikirannya yang paling ekstrem dalam menggugat cara berpikir umat Islam Indonesia. Tulisan tersebut tidak saja menggemparkan dunia Islam Indonesia ketika itu, tetapi telah menimbulkan polemik dengan tokoh-tokoh Islam, terutama dengan Mohammad Natsir yang berlangsung sepanjang tahun 1930 - 1935. Polemik dengan M. Natsir tersebut diakui sebagai polemik yang nyaris belum ada tandingan bobotnya dalam sejarah polemik di Indonesia.
3. Soekarno, Komunis, dan Fasis Orba
Buku ini merupakan tulisan dari Wilson Obrigados, dan diterbitkan oleh Intrans Publishing dengan bekerja sama pula dengan Social Movement Institute. Buku ini merupakan kumpulan tulisan Wilson di tahun 1991 hingga 2013. Tulisan tertua dalam rentang 22 tahun tersebut, merupakan tulisan bersama Wilson dan Hilmar Farid dalam Seminar Mahasiswa Sejarah Nasional di Padang, Mei 1991. Sementara tulisan termuda nya, berisi sebuah tulisan tentang Soekarno yang diterbitkan di majalah Prisma edisi khusus pada bulan Juni 2013.
Dilansir dari laman Open Library Telkom University, buku Soekarno, Komunis, dan Fasis Orba, terdiri dari 10 tulisan Wilson yang mengangkat beragam topik berlatar kesejarahan. Dari keseluruhan topik yang ada, dapat di tarik 4 buah arus besar tulisan Wilson dalam buku tersebut, yaitu; Pergerakan Kemerdekaan, Soekarno, Komunis, dan Fasis Orba.
4. Pokok-Pokok Ajaran Marhaenisme Menurut Bung Karno
Buku ini diterbitkan oleh Media Pressindo, Yogyakarta pada 2014. Buku ini menguraikan mengenai pokok-pokok ajaran Marhaenisme yang merupakan buah pemikiran dari Presiden Indonesia yang pertama yaitu Ir. Soekarno.
Dikutip dari laman Perpustakaan Universitas Andalas, dalam buku terdiri dari enam bagian yang masing-masing membahas mengenai maklumat dari bung Krno kepada kaum marhaen di Indonesia, marhaen dan proletar, demokrasi politik dan demokrasi ekonomi, marhaen dan marhaeni, asa, asas perjuangan, dan taktik.
5. Sukarno, Tiongkok, dan Pembentukan Indonesia (1949-1965)
Buku ini diterbitkan oleh Komunitas Bambu dan ditulis oleh Hong Liu. Dikutip dari laman Komunitas Bambu, buku ini membahas hubungan politik antara Indonesia dengan Tiongkok, dan Sukarno dengan Mao Tse Tung beserta sebab musababnya hingga implikasinya terhadap pembentukan negara Indonesia. Buku ini lebih memfokuskan pada citra Tiongkok yang kompleks dan berubah-ubah selama era Sukarno.
Dilansir dari laman Balai Buku Progresif, buku Hong Liu bukan hanya buku sejarah biasa dan bukan pula buku populer yang mudah dibaca. Akan tetapi, hal-hal yang dipaparkannya sangat penting bagi intelektual Indonesia, karena melalui kajiannya tersebut, kita bisa melihat kembali cita-cita kebangsaan kita, kesalahan-kesalahan masa lalu yang kita buat, serta kemungkinan-kemungkinan masa depan yang bisa kita rangkai kembali sebagai sebuah visi nasional.
Selain itu, buku ini juga sesuai dan membantu dalam memungkinkan pemahaman tidak hanya perkembangan hubungan antara Tiongkok dan Indonesia, tetapi juga bagaimana orang Indonesia melihat perkembangan negara mereka sendiri baik di masa lalu maupun masa kini.
Pilihan Editor: 67 Tahun Lalu Bung Hatta dan Sukarno Pecah Kongsi, Begini Isi Surat Pengunduran Diri sebagai Wapres