Selain sebagai komedian, ia dikenal memiliki pemikiran visioner. Hal itu terbukti dengan usahanya mendirikan rumah makan. Pada mulanya membuka warung rujak cingur yang bertempat di daerah Slipi, Jakarta Barat serta cabang di Trowulan, Mojokerto.
Namun pada akhirnya hanya rumah makan yang berada di Trowulan yang dipertahankan sebab krisis ekonomi yang melanda kala itu. Di daerah tersebut pula yang nantinya akan menjadi tempat terakhirnya menghembuskan nafas.
Lambat laun usaha rumah makan tersebut semakin berkembang, meskipun pernah tergerus oleh pembangunan Jalan tol, Warung Rujak Cingur'e Asmuni tersebut masih bertahan dan diteruskan usahanya oleh keturunan Asmuni. Bahkan hingga saat ini, warung itu masih menyimpan kenangan masa jaya Asmuni beserta rekan-rekan srimulatnya.
Hingga pada 21 Juli 2007, tokoh legendaris ini meninggal dunia di daerah Trowulan, Mojokerto. Sebab meninggalnya asmuni tak lepas dari keluhan sakit gigi yang telah dideritanya, dan berujung pada salah pemberian obat sakit gigi. Jenazahnya disemayamkan di tanah kelahirannya yang berlokasi di Diwek, Kabupaten Jombang.
Tepat 15 tahun lalu Asmuni berpulang meninggalkan duka mendalam bagi dunia komedi tanah air, tak lain karena mewariskan seni melucu kepada generasi penerus. Pemikiran visionernya, karakternya yang unik, serta pengusaha ulet adalah hal yang bisa diingat dari salah satu pentolan Srimulat ini.
TEMPO
DANAR TRIVASYA FIKRI
Baca juga : Kisah Jatuh Bangun Pentolan Srimulat: Gepeng, Asmuni, Basuki sampai Nunung