TEMPO Interaktif, Jakarta: Novelis Zara Zettira ZR (39) berlinang air mata pada peluncuran novel Cerita Dalam Keheningan di Soho Music, Senayan City, Senin lalu. “Ini momen membahagiakan dalam hidup saya. Sudah sepuluh tahun saya tidak menulis buku,” kata wanita yang khusus datang dari Kanada pada peluncuran novel dua bahasa diterbitkan PT Erlangga ini.
Ibu dua anak, Alaya Eva Ramadi Zsemba dan Zsolt George Zainuddin Zsemba ini dijuluki penulis cepat dan produktif. Ribuan skenario sinetron dan televisi dari rumah produksi terkenal dihasilkan mantan puteri remaja 1985 dan putri kampus 1989 ini. Diantaranya, naskah film Catatan Si Boy, sinetron Bella Vista dan Shangrila. Setiap tahun, ia membuat cerita untuk sinetron ramadhan di layar kaca.
Sudah tujuh tahun, Zara yang menetap di Kanada bersama keluarga merasakan suasana hati berubah ketika menulis satu episode dalam sehari. Ia menjadi malas dan terlambat menyetor naskah. Ia merasa hanya menulis cerita yang disukai rumah produksi. Bertentangan dengan tujuannya menjadi penulis. "Saya mau menulis sesuai pemikiran. Bukan atas dasar rating atau diatur-atur rumah produksi,” tegas pembuat naskah sinetron Janjiku (1997) meraih rating tertinggi di Asia ini.
Dalam kurun waktu tiga tahun, dia dilanda kebingungan. Menulis itu nafkah batinnya, tapi belum menemui tulisan sesuai mood. Keajaiban datang, ketika ada penerbit menawarkan dia menulis. Kisah berasal dari 90 persen biografi hidupnya. Zara mengaku, menulis bagai orang kesurupan.” Sampai tidak ingat punya anak. Saya berhenti menulis ketika buang hajat ke toilet. Mandi pun tidak,” kata wanita yang menulis sejak usia 12 tahun ini antusias.
Ia begitu antusias membawa karya ke negeri kelahirannya. Berjumpa penggemar dan sahabat. Sejumlah jadwal dijalaninya. Jumpa fans di toko-toko buku, bincang-bincang siaran radio, wawancara media, dan acara ulang tahun majalah remaja dimana dia pernah menjadi runner up sampul, pada 1987 silam.
Jadwal Zara yang pernah menjalani korespondensi jurusan ilmu gizi di Kanada ini sempat terganggu, karena diare. Gara-gara ia menyantap sambal ulek mentah di restoran Sunda. “Saya lupa, lama di luar negeri, harus adaptasi lagi. Makan dan minum tidak boleh sembarangan. Untung cepat pulih. Terobati rasa kangen bertemu teman-teman," katanya dengan kedua mata kembali berkaca-kaca.
Evieta Fadjar