TEMPO.CO, Jakarta - Film Yuni terpilih untuk mewakili Indonesia di ajang Piala Oscar 2022. Hasil pemilihan oleh Komite Seleksi Oscar Indonesia (The Indonesian Oscar Selection Committe) diumumkan pada Jumat, 15 Oktober 2021. Nantinya Yuni akan bertarung untuk kategori The International Feature Film Award di ajang Piala Oscar 2022.
Keputusan oleh Komite Seleksi Oscar Indonesia ini diambil pada rapat terakhir, 13 Oktober 2021. Komite ini terdiri dari 13 anggota pekerja film yang diketuai oleh Hanung Bramantyo. “Di tengah pandemi, Komite Seleksi Oscar Indonesia tetap menjalankan fungsinya sebagai upaya kita bersama untuk menumbuhkan semangat, agar era pandemi ini tidaklah menjadi kemunduran besar sinema Indonesia,” tulis siaran pers yang diterima oleh Tempo, Jumat, 15 Oktober 2021.
Komite yang berisikan nama-nama besar di perfilman seperti: Alim Sudio, Tya Subiakto, Benni Setiawan, Widyawati, Chand Parwez Servia, Yudi Datau, Deddy Mizwar, Garin Nugroho, Hanung Bramantyo, Ilham Bintang, Sentot Sahid, dan Tittien Wattimena, Zairin Zain ini bekerja sejak September lalu. Tidak dijelaskan ada berapa film yang dikaji oleh komite yang dibentuk oleh pengurus Persatuan Perusahan Film Indonesia (PPFI) ini.
Terpilihanya film besutan sutradara Kamila Andini untuk mewakili Indonesia dalam ajang Oscar 2022 ini memiliki catatan khusus. Menurut komite, film Yuni mampu membawa penonton sangat dekat dengan masalah remaja. “Terutama isu remaja perempuan di usia akil balik, di tengah perbuahan zaman penuh paradoks,” tulis komite.
Isu-isu patriarki, religi, perempuan dan dunia kerja, juga pendidikan dapat ditemukan di film Yuni. Sebuah tema, yang menurut komite dikatikan dengan dunia sekolah, rumah dan ruang publik. “Kamila Andini dengan cara tutur sederhana dan alamiah sebagai kekuatan utamanya , tanpa upaya menggugat dan menghakimi, mampu membawa isu - isu sensitif yang tidak mudah diangkat ke layar lebar,” bunyi catatan dari komite.
Komite juga menilai konsep visual dari film ini menggambarkan pengalaman sehari-hari yang membawa penonton merasakan hidup di dalamnya. Selain itu komite juga menilai cara tutur film ini menjadi kekuatan film Yuni. “Sebuah konsep film dengan tingkat kerumitan yang tinggi, apalagi dengan membawa isu - isu sensitif di dalamnya. Sebuah konsep yang juga langka dalam sinema Indonesia,” tulis mereka lagi.
Kamila dianggap berani dan mampu melakukannya dengan baik. Pilihan tema tentang isu keseharian yang familiar dan warna lokal yang kental membuat film Yuni diyakini layak dan mampu bersaing dengan film-film dari negara lainnya di ajang Oscar nanti. Prestasi yang telah diraih Yuni di ajang Toronto International Film Festival 2021 juga dianggap sebagai tambahan amunisi untuk Yuni bisa beradu dengan film lain di ajang Oscar.
Film Yuni mengisahkan tentang seorang gadis remaja cerdas dengan impian besar untuk kuliah bernama Yuni. Ketika dua pria yang hampir tidak dikenalnya datang melamar, ia menolak lamaran mereka. Penolakan itu memicu gosip tentang mitos bahwa seorang perempuan yang menolak tiga lamaran tidak akan pernah menikah. Tekanan semakin meningkat ketika pria ketiga melamarnya, dan Yuni harus memilih antara mempercayai mitos atau mengejar impiannya.
Berbeda dengan kedua film sebelumnya yang berbahasa simbol, warna dan suara, kali ini sutradara Kamila Andini menggunakan narasi linier nyaris gaya dokumenter yang mengasyikkan. Kamila Andini dan penulis skenario Prima Rusdi menggugat patriarkisme tanpa gambar yang meletup-letup atau dialog yang menggelegar bak petir. Deskripsi adegan demi adegan digarap dengan kelancaran seorang storyteller yang unggul, fasih tanpa pretensi diproduksi di luar Amerika Serikat yang sebagian besar berisi non-dialog bahasa Inggris.
Film Yuni juga lolos seleksi Busan International Film Festival bersama dengan ketiga film lainnya. Ketiga film itu adalah Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas; film pendek Laut Memanggilku; dan Penyalin Cahaya. Keempat film tersebut ditayangkan di Busan International Film Festival (BIFF), yang digelar di Busan, Korea Selatan pada 6-15 Oktober 2021. Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas dan Yuni juga masuk seleksi ke program A Window on Asian Cinema.
DEWI RETNO
Baca juga: Film Yuni Menang di TIFF 2021, Kamila Andini: untuk Seluruh Perempuan