TEMPO.CO, Jakarta - Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk merevitalisasi TIM atau kawasan Taman Ismail Marzuki mendapat berbagai reaksi dari para seniman di Indonesia. Apalagi ketika revitalisasi itu justru merusak cagar budaya yang sudah ada.
Dalam upaya revitalisasi ini, pihak Pemprov DKI Jakarta ternyata tidak melibatkan para pegiat seni yang sudah lahir dan tumbuh berkembang di cagar budaya yang ada di pusat Jakarta itu. PT Jakpro juga akan membangun hotel berbintang di kawasan TIM.
Alat berat saat membongkar gedung Galeri Cipta I di lokasi proyek revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2020. Pembongkaran itu tak akan mengubah fungsi Graha Bhakti Budaya sebagai gedung teater melainkan semakin modern. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
“Ini revitalisasi TIM, kami tidak larang. Tapi tiba-tiba kok ada hotel bintang lima. Itu yang kami tolak, dikomersilkan,” ujar Cok Rian Hutagaol sebagai koordinator lapangan aksi ini, Jumat 14 Februari 2020.
Oleh karena itu, Forum Seniman Peduli TIM mendesak agar Pemprov DKI Jakarta membatalkan rencana pembangunan hotel berbintang di kawasan TIM dan menjaga agar kawasan itu sebagai cagar budaya bukan lahan komersil. Cara yang dilakukan untuk menyampaikan sikap protes tersebut adalah dengan melakukan silent movement.
“Kami akan terus melakukan silent movement sebagai penegasan kembali atas 3 tuntutan. Pertama, menolak pembangunan hotel di TIM. Kedua, menolak Jakpro mengelola TIM dan ketiga, Cabut Pergub Nomor 63 tahun 2019,” tegas Cok Rian Hutagaol.
ALFI SALIMA PUTERI