TEMPO.CO, Surabaya-Teater Gandrik tampil memukau di Ciputra Hall, Citraland, Surabaya, Jumat malam, 6 Desember 2019. Menyuguhkan lakon Para Pensiunan 2049, Butet Kartaredjasa dan kawan-kawan seolah melupakan sejenak kepergian almarhum Djaduk Ferianto, sutradara dalam cerita yang ditulis Agus Noor dan Susilo Nugroho itu.
Sindiran tajam terhadap situasi sosial pasca-pemilu kental mewarnai pertunjukkan. Bahkan, isu politik teraktual, yakni pemecatan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk karena menyelundupkan motor gede dari luar negeri, juga masuk dalam celetukan-celetukan bernada jenaka.
Para Pensiunan 2049 adalah cerita soal Kerkop (Susilo Nugroho), penjaga kubur yang kukuh mempertahankan prinsipnya menolak mengebumikan jenazah pensiunan pejabat karena pernah terlibat kasus korupsi. Padahal, hidup sejatinya hanya menunda pensiun. Mereka, pensiunan jenderal, pensiunan politikus, pensiunan hakim dan lainya, ingin menikmati masa tuanya sembari menunggu mati yang tenang.
Namun, penjaga kubur ngotot jenazah koruptor tak layak dipendam karena dia masih punya utang pada masyarakat. Untuk mengganti uang rakyat yang dikorupsi semasa dia hidup, maka daging jenazah itu harus dicincang untuk dijadikan pakan ternak. Adapun yang non-daging, diolah sebagai campuran bahan pupuk tanaman.
Dan sebagai arwah gentayangan lantaran jenazahnya tak segera dikubur, Doorstoot (Butet Kartaredjasa) meneror penjaga kubur tersebut. Melalui pengaruhnya yang masih kuat mengakar di pemerintahan serta di instansi militer, kepolisian hingga partai politik, ia memperdaya penjaga kubur yang idealis itu hingga dialah yang akhirnya justru dipaksa masuk liang lahat.
Ihwal Para Pensiunan 2049 ini, sebelum pentas Susilo Nugroho mengaku membayangkan, sesudah Presiden Jokowi berakhir pada 2024, jika bagus, maka presiden selanjutnya akan terpilih dua periode lagi. “Namun meskipun diasumsikan bahwa presiden periode-periode selanjutnya bagus semua, pertanyaanya apakah korupsi akan hilang? Jawaban kami sepakat, tidak (hilang),” kata Susilo.
Sehingga, kata dia, setelah dua periode presiden yang bagus itu, harus diambil langkah ekstrem agar koruptor jera. Selain mencincang dagingnya untuk pakan ternak, ujar Susilo, ide lainnya ialah setiap jenazah harus punya surat keterangan kematian yang baik (SKKB). “Agar koruptor kapok. Karena hanya yang tak pernah korupsi saja yang berhak mendapatkan SKKB,” ujar dia.