TEMPO.CO, Boyolali - Apa jadinya kalau seorang bocah youtuber sukses dari kota metropolitan Hongkong, yang terlanjur larut menikmati hidup dalam dunia gawai, tiba-tiba diboyong ke sebuah desa nun jauh di lereng Gunung Merapi?
Baca: Film Aruna dan Lidahnya Rilis Teaser Poster Resmi
“Kan aku dah punya banyak temen di Hongkong, bahkan ribuan,” kata si bocah bernama Sterling kepada sang ayah yang mengajaknya berlibur di rumah kakek di Boyolali. Namun, Sterling yang diperankan oleh artis cilik Bima Azriel itu seketika terdiam saat ayahnya, Darius Sinathrya, melontarkan pertanyaan yang menohok, “ada enggak salah satu yang pernah kamu temui secara langsung?”
Dialog di atas adalah sedikit cuplikan dari film Petualangan Menangkap Petir yang akan diputar serentak di hampir seluruh bioskop XXI di Indonesia mulai 30 Agustus 2018. Yang menarik, film keluarga dari Fourcolours Films yang disutradarai Kuntz Agus ini hampir sepenuhnya dikerjakan di Boyolali, kabupaten kecil di Jawa Tengah yang bisa dibilang kurang populer di dunia industri hiburan.
“Awalnya kami juga berdebat dengan Kemkominfo dan Bekraf (selaku pihak pendukung), kenapa memilih Boyolali. Idealisme kami ingin film bernuansa lokal, agar tidak semua tersentral di Jakarta. Tapi filmnya juga harus relevan dengan kondisi sekarang,” kata sang produser, Prawita, saat ditemui Tempo di Boyolali pada Kamis, 23 Agustus.
Prawita mengatakan, Boyolali bak surga tersembunyi yang memiliki banyak potensi namun belum banyak dieksplorasi. Kebetulan Prawita, Kuntz Agus, dan banyak crew Fourcolours Films yang lahir dan besar di Boyolali.
Selain menggandeng sederet artis ibu kota seperti Slamet Rahardjo, Abimana Aryasatya, Arie Kriting, Darius, dan Putri Ayudya, Petualangan Menangkap Petir juga melibatkan banyak pemain dari warga lokal Boyolali.
Film berdurasi 95 menit itu dibuka dengan cerita tentang kekhawatiran orang tua jika anaknya yang kecanduan gawai bakal menjadi pribadi yang asosial. Maka selama berlibur di Kecamatan Selo, Boyolali, sang ayah aktif mengajak si anak berinteraksi dengan alam.
Meski awalnya sempat bosan di desa, Sterling akhirnya menemukan teman-teman nyata yang secara tidak langsung telah memantik ide kreatifnya sebagai kreator konten di youtube. “Anak sekarang kan hanya mengenal tokoh-tokoh hero dari luar. Nah, Sterling yang kemana-mana berkalung kamera ini penasaran saat melihat temannya membaca komik Ki Ageng Selo,” kata Prawita.
Dalam legenda lokal di Boyolali, Ki Ageng Selo adalah leluhur raja-raja Kesultanan Mataram yang dengan kesaktiannya dikisahkan mampu menangkap petir. Tertantang membuat karya yang tidak biasa, Sterling dan teman-temannya pun bertekad membuat film tentang Ki Ageng Selo. Petualangan pun dimulai.
Film yang proses shootingnya sejak November 2017 - Februari 2018 ini mengusung pesan tentang bagaimana sikap orang tua dalam menghadapi anaknya yang lahir di era serba digital. “Gawai memang tak dapat dihindari, tapi anak musti diarahkan dan didampingi. Boleh berdigital ria asal tetap menginjak tanah, luangkan waktu bermain bersama teman,” kata Prawita.
Terinspirasi oleh kisah sukses film-film bernuansa lokal seperti Uang Panai (2016) yang berlatar di Makassar dan Yowis Ben (2018) di Jawa Timur, Prawita menargetkan film Petualangan Menangkap Petir yang menelan biaya produksi lebih dari Rp 5 miliar ini bisa ditonton oleh sekitar 500.000 orang.