Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Di Barat Matahari, Potret Getir Hidup Waria

image-gnews
Film dokumenter berjudul Di Barat Matahari garapan sutradara Tonny Trimarsanto diputar di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Yogyakarta (Shinta Maharani/Tempo)
Film dokumenter berjudul Di Barat Matahari garapan sutradara Tonny Trimarsanto diputar di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Yogyakarta (Shinta Maharani/Tempo)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Nur Ayu, waria yang tinggal di kompleks Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Kotagede Yogyakarta merias wajahnya di sela pintu kamarnya yang sempit. Ia sedang menyiapkan diri untuk berangkat mengamen. Di jalanan, ia bertemu dengan teman-temannya sesama waria.

Kerasnya jalanan tak membuat Nur menyerah, mengadu nasib untuk menyambung hidup. Waria kerap diperlakukan tak manusiawi dan tak adil. Banyak di antara mereka yang seringkali ditangkap petugas Satuan Polisi Pamong Praja. Waria seringkali mendapat cap sebagai penyakit sosial sehingga harus direhabilitasi. “Sebagian waria dianggap berbuat kriminal sehingga ditangkap,” kata Nur.

Aktivitas Nur itu menjadi pembuka dalam film dokumenter berjudul Di Barat Matahari garapan sutradara Tonny Trimarsanto. Tonny memutar film itu dalam rangkaian acara program Peduli Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, Jumat malam, 3 Agustus 2018. 

Film dokumenter berjudul Di Barat Matahari garapan sutradara Tonny Trimarsanto diputar di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Yogyakarta (Shinta Maharani/Tempo)

Nur sangat akrab di kalangan komunitas waria Yogyakarta. Dia koki andalan Pondok Pesantren Waria bila mereka punya acara, misalnya buka puasa bersama, dan mengaji Al Quran bersama. Film itu juga menyuguhkan Nur yang sedang menyiapkan makanan dan berbincang dengan waria.  

Tonny pun memotret kegiatan ibadah para waria. Mereka salat berjamaah. Pemimpin Ponpes Waria, Shinta Ratri salat Idul Fitri bersama ratusan orang. Anggota Ponpes Waria juga mengunjungi Ponpes Ummul Quro Pecangaan Kulon Jepara, Jawa Tengah.

Kehidupan beragama dan sosial anggota Ponpes Waria yang damai kemudian terganggu oleh belasan orang atas nama Front Jihad Islam (FJI) yang menggeruduk ponpes yang berdiri di Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul itu. Kelompok itu mendatangi ponpes pada 19 Februari 2016.

Komandan FJI, Abdurrahman yang memimpin penggerudukan dicecar pertanyaan oleh jurnalis. Abdurrahman dengan suara keras menyebut waria sebagai perilaku menyimpang. “Kegiatan belajar agama hanya kedok,” kata Abdurrahman. 

Bagian lain film berdurasi satu jam itu mengangkat persoalan-persoalan yang waria hadapi di daerah lain. Ada seorang waria yang tinggal di Aceh dan tak kunjung punya kartu tanda penduduk. Sembilan tahun ia hidup tanpa KTP hanya karena ia seorang waria.

Tidak hanya layanan publik, waria mengalami teror Qanun Jinayah, yakni hukuman pidana yang yang diatur berdasarkan syariat Islam. Ancaman hukumannya cambuk, denda emas murni, dan kurungan buat mereka yang melanggar syariat yakni melakukan hubungan badan sejenis. Komunitas waria paling sering menjadi sasaran razia polisi syariah.

Ada juga cerita tentang seorang transgender yang memiliki salon di Aceh. Ia memotong rambut dan merias wajah pelanggannya. Salon itu juga menjadi tempat tinggal dan berbagi cerita sedih para waria. Mereka diusir keluarga. Ada juga yang dipukul hanya karena punya orientasi sesksual yang berbeda.

Kisah tragis dialami Renita, waria yang punya nama asli Muhammad Zein. Renita berasal dari Sulawesi Tengah. Bapaknya pernah memukulinya karena orientasi seksualnya. Orang tuanya menginginkan Renita menjadi dai. Renita terusir dari kampung halamannya karena keluarganya tak mengakui waria. Ia kemudian merantau ke banyak banyak tempat untuk bertahan hidup.

Suatu ketika Renita pulang kampung untuk menemui orang tuanya. Kepedihan kembali menderanya. Ayah dan ibunya telah meninggal. Isak tangis tak terhankan. Saudara dan tetangganya memeluk Renita. 

Semenjak diusir orang tuanya, Renita putus kontak. Sekian tahun tak ada kabar dari kampungnya. Kepergian orang tua untuk selamanya itu membuat Renita terguncang dalam kesedihan.

Film itu ia siapkan sejak 2016. Tonny dikenal sebagai sutradara yang berani mengangkat kisah getir hidup waria. Film-filmnya sebelumnya merekam sulitnya kehidupan waria. Renita-Renita, The Mangoes, Bulu Mata adalah film-film bertema transgender yang diputar di banyak festival di berbagai negara. Bulu Mata mengantarkan Tonny meraih penghargaan Piala Citra Festival Film Indonesia untuk kategori film dokumenter panjang terbaik.

 Renita Renita merupakan karya pertama Tonny yang dibuat untuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sebagai advokasi hak-hak minoritas. Tonny semakin serius mendalami film bertema transgender. Banyaknya persoalan waria yang belum selesai membuatnya terus menerus memproduksi film dokumenter bertema transgender. “Tidak hanya persoalan identitas, tapi juga ekonomi dan lainnya,” kata dia.

Film-filmnya selama ini banyak diputar di forum-forum terbatas. Tonny tahu membawa isu transgender dalam filmnya sangat sensitif. Ia pernah mengalami ketakutan terhadap teror kelompok-kelompok garis keras yang menolak keberadaan waria. Tapi ia mengatkaan bisa mengatasinya dengan tetap berhati-hati.

Pentas tari komunitas waria setelah pemutaran film berjudul Di Barat Matahari di PKBI Yogyakarta (TEMPO/Shinta Maharani)

Selain pemutaran film karya Tonny, acara PKBI malam itu juga menampilkan tari dari Sanggar Seni Budaya Waria Yogyakarta dan Komunitas Waria Kulon Progo. Ada juga seni instalasi berbentuk perempuan telanjang yang mengangkang di bebatuan yang disusun seperti rel kereta api. Karya seni ini dilengkapi dengan video berlatar rel kereta api dan suaranya. Karya seni yang  mengambil latar Bong Suwung ini kreasi dari Perhimpunan Pekerja Seks Yogyakarta dan seniman dua seniman mancanegara, satu di antaranya dari Jerman.  “Film, tari, seni instalasi adalah bagian dari strategi advokasi yang kami pilih untuk terus menguatkan komunitas yang dipinggirkan,” kata Direktur Eksekutif PKBI Daerah Istimewa Yogyakarta, Gama Triono.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berbuat Asusila dengan Modus Orkes Musik Sahur Keliling, Enam Orang Ditangkap di Makassar

33 hari lalu

Dua terduga pelaku asusila modus orkes musik keliling diperiksa tim penyidik Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) Satreskrim di Kantor Polrestabes Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu, 16 Maret 2024. Foto: ANTARA.
Berbuat Asusila dengan Modus Orkes Musik Sahur Keliling, Enam Orang Ditangkap di Makassar

Polisi menangkap enam orang anggota orkes musik kelilng usai viral video perbuatan asusila dua personelnya


Kronologis Korban Kecelakaan Tewas Dianiaya Penolongnya di Bekasi

23 Oktober 2023

Ilustrasi tawuran/perkelahian penganiayaan. Shutterstock
Kronologis Korban Kecelakaan Tewas Dianiaya Penolongnya di Bekasi

Polisi menjelaskan kronologis korban kecelakaan lalu lintas, Alfi Kusbian, tewas usai dianiaya waria bernama Ayu Lestari alias Kennedi Pergaulan


Motif PSK Aniaya Korban Kecelakaan Hingga Tewas di Bekasi, Polisi: Teringat Pelanggannya

23 Oktober 2023

Ilustrasi penganiayaan
Motif PSK Aniaya Korban Kecelakaan Hingga Tewas di Bekasi, Polisi: Teringat Pelanggannya

Seorang waria pekerja seks komersial menganiaya korban kecelakaan yang sempat ditolongnya hingga tewas.


Pemilihan Ratu Waria Pernah di Jakarta Fair 1968, ini Keunikan PRJ Lainnya

13 Juni 2022

Pekan Raya Jakarta (PRJ) di Lapangan Monas era 1970-an. Wikipedia
Pemilihan Ratu Waria Pernah di Jakarta Fair 1968, ini Keunikan PRJ Lainnya

Jakarta Fair atau Pekan Raya Jakarta tahun ini diadakan pada 9 Juni hingga 19 Juni 2022. Berikut catatan keuinikan sepanjang PRJ dilangsungkan 1968.


Jakarta Fair dari Masa ke Masa, Presiden AS Richard Nixon Pernah Hadir

10 Juni 2022

Pekan Raya Jakarta (PRJ) di Lapangan Monas era 1970-an. Wikipedia
Jakarta Fair dari Masa ke Masa, Presiden AS Richard Nixon Pernah Hadir

Setelah absen 2 tahun akibat Pandemi Covid-19, Jakarta Fair akhirnya digelar lagi tahun ini. Presiden AS Richard Nixon pernah hadir di PRJ 1969.


Keberagaman dalam Perayaan Natal Waria Yogya

19 Desember 2021

Persekutuan doa Waria Yogyakarta merayakan Natal di Jalan Gowongan Kidul, Yogyakarta, Jumat, 17 Desember 2021 (TEMPO/Shinta Maharani)
Keberagaman dalam Perayaan Natal Waria Yogya

Persekutuan doa Waria Yogyakarta merayakan Natal di Jalan Gowongan Kidul, Yogyakarta, Jumat, 17 Desember 2021


Lady Drag, Penentang Presiden El Salvador dalam Pengesahan Bitcoin

17 Desember 2021

Marvin Pleitez alias Lady Drag mengambil bagian dalam protes terhadap tindakan terakhir pemerintah Salvador di San Salvador, El Salvador 12 Desember 2021. REUTERS/Jose Cabezas
Lady Drag, Penentang Presiden El Salvador dalam Pengesahan Bitcoin

Lady Drag, alter ego aktor Marvin Pleitez, muncul sebagai musuh Presiden El Salvador dalam kebijakan menerima Bitcoin sebagai mata uang yang sah


Bermula di Michat, Pembunuh Waria di Kemayoran Ditangkap Saat Kabur ke Bandung

11 Desember 2021

Ilustrasi pembunuhan. FOX2now.com
Bermula di Michat, Pembunuh Waria di Kemayoran Ditangkap Saat Kabur ke Bandung

Pembunuh waria di Kemayoran kabur hingga ke Bandung. Ditangkap hanya beberapa jam kemudian. Pelaku juga membawa motor milik korban.


Perjuangan Transpuan Yogya Dapatkan Layanan Kesehatan dan Bansos saat Pandemi

15 Agustus 2021

Anggota komunitas waria di Yogyakarta bersolidaritas mendistribusikan sembilan bahan pokok dan makanan untuk para waria di tengah pandemi Covid-19 (TEMPO/Shinta Maharani)
Perjuangan Transpuan Yogya Dapatkan Layanan Kesehatan dan Bansos saat Pandemi

Transpuan di Yogyakarta kesulitan mengakses fasilitas kesehatan yang layak termasuk mendapat bantuan selama pandemi.


Kisah Waria di NTT: Jadi Relawan Bencana Meski Terhimpit Pandemi Covid-19

13 Juli 2021

Aktivitas para transpuan yang tergabung di komunitas Fajar Sikka menjadi relawan saat bencana banjir bandang di Nusa Tenggara Timur, 2020. Facebook Hendrika Mayora
Kisah Waria di NTT: Jadi Relawan Bencana Meski Terhimpit Pandemi Covid-19

Meski para waria di Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) kesusahan di masa pandemi, tapi mereka turut membantu jadi relawan sejumlah bencana di sana.