TEMPO.CO, Jakarta - Bayu Skak mulai dibicarakan publik setelah kanal YouTube-nya mengumpulkan 1,4 juta pelanggan. Atas pencapaian itu, ia mendapat sebuah Gold Play Button dari YouTube.
Baca: Edisi 17 Agustus, Bayu Skak: Youtuber Jangan Dulu Mikir Uang
Namun Bayu mendapat dua Gold Play Button karena terjadi kekeliruan. Beberapa hari setelah pelanggannya mencapai sejuta, Bayu Skak dikirimi prototipe Gold Play Button karena versi aslinya sedang habis.
"Kemudian YouTube mengirim versi yang asli tapi prototipe yang saya pegang tidak diambil lagi. Jadilah saya punya dua Golden Play Button di rumah, ha ha ha!" ungkap Bayu Skak ketika berkunjung ke kantor tabloidbintang.com, Jakarta Selatan, pekan ini.
Belakangan, Bayu Skak berkiprah di layar lebar dengan membintangi sejumlah film antara lain Hangout. Dia kemudian ditantang produser Starvision, Chand Parwez Servia untuk memproduksi film layaknya Raditya Dika dan Ernest Prakasa. Bayu Skak memiliki satu mimpi yang belum tercapai, yaitu membuat film berbahasa Jawa yang ditonton banyak orang. Dia yakin film ini bisa mendatangkan banyak penonton. Sebab, suku Jawa di Indonesia ini mencapai 40 persen. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Bayu Skak yang semula ragu, mengiyakan tawaran Chand Parwez. Di kampus, Bayu Skak belajar videografi. Selain itu, saat syuting film Hangout, ia menginap di rumah Raditya Dika selama sebulan lebih.
"Di sanalah saya belajar menulis skenario dari RadityaDika. Akhirnya saya menulis naskah berbahasa Jawa lalu saya ajukan ke Pak Parwez. Saya ingin membuat sesuatu yang beda," kata bayu Skak.
Bayu Skak mengaku terinspirasi film Makassar, Uang Panai. Film ini menggunakan bahasa dan aktor daerah tapi bisa mengumpulkan 500 ribu penonton. Saya harap film Yo Wis Band bisa sesukses Uang Panai," tutur Bayu Skak berharap.