TEMPO.CO, Bandung - Penerima penghargaan Hadiah Sastra Rancagé pada tahun ini berkurang. Sebabnya karena Yayasan Kebudayaan Rancagé memangkas hadiah uang. Sekarang hanya penulis karya terbaik saja yang mendapat penghargaan.
Biasanya, Rancagé juga memberi penghargaan hadiah uang kepada para tokoh sastra daerah atas kiprah dan jasanya. "Karena bagi Yayasan Rancagé terlalu berat kalau setiap tahun harus memberikan belasan hadiah," kata Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage Ajip Rosidi lewat keterangan tertulis, Rabu, 31 Januari 2018. Hadiah uang bagi pemenang karya dan jasa masing-masing Rp 5 juta.
Baca Juga:
Menurut Ajip yang kini berusia 80 tahun, keputusan memangkas jumlah penerima hadiah itu ditetapkan 2017. Tahun lalu para pemenang sempat mendapat uang hadiah hingga dua kali lipat atau Rp 10 juta. Tambahan uangnya berasal dari Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar.
Yayasan Kebudayaan Rancage mulai memberikan hadiah sejak 1989. Mereka hanya menilai kualitas sastra berbahasa daerah dalam bentuk buku yang diterbitkan. Saat itu, kata Ajip, tidak banyak pengarang yang menulis dalam bahasa ibu. Itu pun dalam bahasa Jawa dan Sunda.
Dua tahun kemudian baru ada yang menulis dan menerbitkan buku dalam bahasa Bali. "Orang Bali setelah karyanya dihargai, sangat kelihatan gairahnya menulis," ujarnya.
Sejak itu setiap tahun buku yang terbit bertambah dengan cepat. Pengarang muda pun bermunculan dan memperkarya kesusasteraan Bali. Kini ada enam sastra daerah yang masuk ke yayasan untuk dinilai. Selain Sunda, Jawa, dan Bali, ada sastra berbahasa Lampung, Batak, dan Banjarmasin.