Kaleidoskop Film 2015: Senyap Paling Dicari dan Kontroversi
Editor
Agung Sedayu
Minggu, 27 Desember 2015 19:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sejak pertama kali dirillis 11 September 2014 di Italia, film Senyap telah menuai kontroversi. Film dokumenter kedua besutan sutradara berkebangsaan Amerika Serikat, Joshua Oppenheimer itu mengangkat tema sentral pembantaian massal 1965 di Indonesia. Tentu kontroversi paling keras terjadi di Indonesia, bahkan sebelum film itu diputar di Indonesia, reaksi penolakan sudah bermunculan.
Film Senyap (bahasa Inggris: The Look of Silence) adalah film kedua Joshua setelah film Jagal yang juga mengangkat tema seputar tragedi pembantaian massal seputar tahun 1965. Senyap menyoroti kisah Adi, seorang penyintas dan keluarga korban yang dituduh sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Sama seperti Jagal, pengambilan gambar film Senyap dilakukan di Sumatera Utara, sebagian besar gambar diambil antara 2010 sampai 2012. Meski memiliki tema sentral yang sama, kedua film itu memiliki sudut pandang berbeda. Bila film Jagal menyoroti sisi pelaku, dalam film Senyap ini Joshua lebih menyorot sisi korban.
SIMAK:Film Senyap Ditolak, Ini Isi Ceritanya
Senyap pertama kali diluncurkan dan diputar di Indonesia pada 10 November 2014, diselenggarakan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Dewan Kesenian Jakarta di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Selanjutnya pada 10 Desember 2014 diputar secara serentak di sejumlah kota sebagai peringatan hari HAM Sedunia.
Pemutaran Senyap menuai berbagai reaksi dan penolakan. Di Malang, sekelompok massa yang mengaku sebagai salah satu ormas Islam meminta supaya pemutaran film senyap dihentikan. Hal yang sama juga terjadi di kampus Universitas Muhammadiyah Jember.
Tidak hanya itu, pada 29 Desember 2014 Lembaga Sensor Film (LSF) mengeluarkan surat yang menolak Senyap. Senyap dilarang diputar untuk umum dan di bioskop. LSF menyatakan bahwa film berdurasi 1,43 jam itu hanya dapat ditonton untuk kalangan terbatas.
SIMAK:Meski Diancam, Mahasiswa UIN Yogya Tetap Nobar Film Senyap
Toh, minat masyarakat menonton Senyap tak terbendung. Berbagai kalangan memutar film itu, baik secara terbuka maupun sembunyi-sembunyi. Pada Maret lalu, puluhan orang yang mengatasnamakan ormas Islam mengepung Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Mereka meminta pembubaran acara diskusi dan nonton film Senyap yang diadakan sekelompok aktivis pers mahasiswa di dalam kampus.
SIMAK: Suasana Prajurit Se-Kodim Nonton Bareng Film Senyap
Meski menuai kontroversi hingga penolakan sejumlah kalangan masyarakat, Senyap menyabet setumpuk penghargaan. Senyap mendapat Penghargaan Utama Juri (Grand Jury Prize) dalam Festival Film Internasional Venezia ke 71 di Italia. Senyap juga memperoleh FIPRESCI Award (Penghargaan Federasi Kritikus Film Internasional) sebagai film terbaik, dan Fedeora Award (Federasi Kritikus Film Eropa dan Mediterania) untuk film terbaik Eropa-Mediterania.
SIMAK: Film Senyap Tersedia Gratis di YouTube
Senyap memperoleh penghargaan Mouse d'Oro Award (Penghargaan Kritikus Online) untuk film terbaik, ia sekaligus menjadi film dokumenter pertama yang memenangi penghargaan di ajang bergengsi itu. Film Senyap juga mendapat penghargaan Human Rights Nights Award untuk film terbaik bertema hak azasi manusia.
AGUNG SEDAYU/BERBAGAI SUMBER