Pelaku Budaya Mancanegara Unjuk Kebolehan Hasil Residensi

Selasa, 3 September 2024 16:46 WIB

Peserta residensi sedang unjuk kebolehan di Kawasan Kota Tua, Jakarta. Foto: Istimewa/Kemendikbud.

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 18 belas pemuda dari berbagai negara berkolaborasi dengan puluhan pemuda Indonesia menampilkan kebolehan mereka di gelaran The Showcase: Residensi Pemajuan Kebudayaan 2024 akhir pekan lalu, Sabtu, 31 Agustus 2024. Berlangsung di halaman Taman Fatahillah, Kawasan Kota Tua Jakarta, mereka menampilkan hasil karya hasil residensi obyek budaya di tiga kota di Indonesia.

Residensi Budaya di 3 Kota

Sebelumnya mereka melakukan residensi untuk tiga obyek pemajuan kebudayaan yakni Tari Topeng Losari, Cirebon, Musikalisasi Pantun dan Tradisi Lisan, Pekanbaru, dan Olahraga Tradisional Jemparingan, Yogyakarta. Di Riau yang terbagi menjadi empat grup telah menghasilkan karya kolaborasi musikalisasi dari tradisi lisan melalui karya-karya musikal.

Grup pertama menampilkan "Utopiallity Vol.1” yang merupakan karya musik elektro-akustik eksperimental. Karya ini merespon tradisi lisan dari cerita rakyat "Sibongsu dan Sicuriang" yang berasal dari Rokan Hulu, Riau. Sebuah cerita yang merepresentasikan kisah cinta sejoli yang penuh magis dan tragedy. Komposisi musik yang ditampilkan menggabungkan unsur-unsur tradisi lisan setempat seperti Koba, Bagandu, Badandong, dan Malalak.

Sedangkan grup dua menampilkan komposisi elektro akustik disajikan secara ansambel berjudul "The Sansuduong". Komposisi ini menggunakan soundscape yang menekankan suasana atas penghayatan alam di Kampar. Basis skalanya dipengaruhi oleh tradisi lisan Baghandu, Melalak, dan dan Badandong.

Sementara grup tiga menampilkan karya berjudul “Methaphysical Riverside” yang menginterpretasi keberagaman sastra lisan di Kampar sebagai bagian dari spiritualitas masyarakatnya. Sastra lisan ini ada, yang terlampir dalam Sastra Kuno Gurindam 12 pada rangkap 7. Komposisi berjudul “Bonsu” merekonstruksi bentuk struktur musical dalam bentuk trilogi yang ditampilkan oleh grup empat.

Advertising
Advertising

Peserta residensi unjuk kebolehan di Museum Fatahillah, Kawasan Kota Tua Jakarta. Foto: Istimewa/Kemendikbud.

Dari kelompok residen di Losari Cirebon, para pelaku asing ini menampilkan “Tarian Agung dari Losari.” Karya ini merupakan museum hidup yang diungkapkan melalui tarian Tari Klana Bandopati dan Tari Gonjing, video, dan buku. Tarian yang ditampilkan yaitu Tari Klana Bandopati dan Tari Gonjing. Para peserta residensi ini mengabadikan proses residensinya melalui video dan buku yang berisi pengumpulan data dan infografis tentang budaya Losari melalui Tari Topeng Losari.

Dari kelompok residensi di Yogyakarta, para peserta menampilkan pengembangan olahraga tradisional Jemparingan melalui karya teatrikal yakni "Manah Jemparingan." Peserta juga menggelar pameran yang mengangkat Jemparingan bertema "Pameran Olahraga dan Olahrasa."

Para peserta dari mancanegara umumnya senang dan mendapatkan banyak pengalaman, menjalani residensi di berbagai lokasi dan obyek kebudayaan. Seperti disampaikan Denny Donius dari Sabah Malaysia dan Rattana dari Thailand. “Ini pertama kali saya belajar menari topeng. Sebuah pengalaman yang sangat berharga. Saya merasa kesulitan pada awalnya untuk menyesuaikan gerakan dan energi saya,” ujar Rattana, kepada Tempo. Ia merupakan penari Thailand yang selama 20 tahun lebih belajar tarian tradisi dengan gerakan sangat pelan dan lembut. Hal ini berbeda dengan tarian topeng Losari yang sangat enerjik dan cepat.

Hal senada juga diungkapkan Denny.” Spektakular, bisa mendapatkan pengetahuan tentang tari ini. Cukup baru bagi saya, sangat menarik. Saya masih menyesuaikan energi saya untuk menari topeng,” ujarnya.

Peserta residensi budaya unjuk kebolehan di Museum Fatahillah. Foto: Istimewa| Kemendikbud.

Tantangan Selama Ikut Residensi Budaya

Tantangan untuk menyesuaikan budaya, memahami filosofi dan praktik berlatih memanah dalam posisi duduk juga dialami oleh Ilse, pelaku budaya dari Meksiko. Seniman yang kini tinggal di Amerika Serikat ini mengaku mengalami gegar budaya saat menyesuaikan diri sebagai orang asing, dari budaya blak-blakan untuk tinggal bersama orang Jawa yang lebih tertutup.

Dia merasa residensi ini terlalu cepat untuk mempraktikkan apa yang sudah dipelajari. “Pengalaman ini sebuah perjalanan, Tapi saya belajar banyak di negara yang beragam budaya, mempelajari filosofi Jawa dalam olahraga Jemparingan, cara hidup orang Jawa,” ujarnya.

Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Kemendikbudristek Restu Gunawan mengatakan, aspek pembinaan terhadap Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) merupakan hal penting dalam mengembangkan obyek kebudayaannya. ”Lahir karya kreasi baru atau bentuk lainnya dari hasil residensi atau pembelajaran intensifnya bersama pelaku budaya,” kata Restu Gunawan. Ia juga mengajak masyarakat yang hadir di Kota Tua untuk mencintai kebudayaan tradisi dan ikut mengembangkannya.

Para pelaku budaya asing ini antara lain berasal dari Malaysia, Thailand, Meksiko, Australia, Italia, India, Kanada, Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Belanda, Kolombia, India, Ekuador, Yunani, Mesir, Filipina, Yordania, dan Polandia. Mereka berkolaborasi dengan 30 residensi nasional dan 23 lokal.

Pilihan Editor: Relasi Kota dan Lingkungan Jadi Inspirasi Pertunjukan Peserta Kemah Tari Sasikirana

Berita terkait

Pendorong Pariwisata dan Budaya Nias Selatan

2 hari lalu

Pendorong Pariwisata dan Budaya Nias Selatan

Dikenal dengan wisata pantai yang memukau, Nias Selatan menjadi tujuan para peselancar dunia. Sektor pariwisata berpeluang menjadi pendongkrak ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Kedutaan Besar Jepang Gelar Acara Wisata Autentik Jak-Japan Matsuri

7 hari lalu

Kedutaan Besar Jepang Gelar Acara Wisata Autentik Jak-Japan Matsuri

Kedutaan Besar Jepang di Indonesia menghadirkan event yang memberikan pengalaman wisata autentik Jepang melalui Jak-Japan Matsuri (JJM) ke-14.

Baca Selengkapnya

Australia Diplomasi Lewat Sepak Bola

7 hari lalu

Australia Diplomasi Lewat Sepak Bola

Sepak bola lebih dari sekadar permainan, tetapi menjadi jembatan yang menghubungkan komunitas, budaya, dan bangsa.

Baca Selengkapnya

Belajar dari Korea, Indonesian-Wave Perlu Andalkan Ekonomi Kreatif

7 hari lalu

Belajar dari Korea, Indonesian-Wave Perlu Andalkan Ekonomi Kreatif

Indonesia perlu mengandalkan ekonomi kreatif sebagai modal diplomasi lunak lewat Indonesian-Wave

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri dan KBRI Lima Promosi Budaya di Peru

8 hari lalu

Kementerian Luar Negeri dan KBRI Lima Promosi Budaya di Peru

Para pengunjung antusias menyaksikan berbagai pertunjukan seni dan budaya Indonesia, mulai dari tarian tradisional hingga parade pakaian adat

Baca Selengkapnya

10 Karya Seni akan Dipertontonkan di Festival Budaya Panji 22-24 Oktober 2024

9 hari lalu

10 Karya Seni akan Dipertontonkan di Festival Budaya Panji 22-24 Oktober 2024

Selain penampilan seni, Festival Budaya Panji 2024 juga akan menyelenggarakan pameran seni budaya Panji serta diskusi tematik setiap harinya.

Baca Selengkapnya

Berkat Ngrombo Provinsi Bali Meraih Prestasi

9 hari lalu

Berkat Ngrombo Provinsi Bali Meraih Prestasi

Semangat Ngrombo mengakselerasi suksesnya berbagai program prioritas pemerintah. Spirit masyarakat Bali dalam kerja sama dan kerja bersama.

Baca Selengkapnya

Mengenal Jaipur yang Disebut Walled City, Menyimpan Warisan Budaya dan Arsitektur

11 hari lalu

Mengenal Jaipur yang Disebut Walled City, Menyimpan Warisan Budaya dan Arsitektur

Berbeda dengan wilayah metropolitan Jaipur yang lebih luas, Walled City adalah bagian bersejarah dan berbeda yang menonjol

Baca Selengkapnya

BRI di Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024: Lestarikan Warisan Budaya Nusantara

11 hari lalu

BRI di Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024: Lestarikan Warisan Budaya Nusantara

dukungan BRI terhadap event Jelajah Kuliner Indonesia 2024 ini, sebagai upaya untuk terus meningkatkan potensi ekonomi di industri ekonomi kreatif, khususnya kuliner.

Baca Selengkapnya

Dirjen Kebudayaan Sebut Pengetahuan tentang Alam sebagai Inti Kebudayaan

12 hari lalu

Dirjen Kebudayaan Sebut Pengetahuan tentang Alam sebagai Inti Kebudayaan

Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menyebut interaksi masyarakat dengan ekosistem menjadi inti pemajuan kebudayaan.

Baca Selengkapnya